WELCOME TO MY BLOG

WELCOME TO MY BLOG

Jumat, 18 November 2011

TIPS MENCEGAH HANTU

Jika kita melihat atau merasakan keanehan di lingkungan kita, kemungkinan itu benar adanya. Karena dalam Islampun mempercayai bahwa selain manusia juga ada kehidupan lain di dunia ini. Kehidupan bangsa jin, syetan, dan makhluk ghaib lainnya. Hantu adalah salah satu makhluk ghaib yang juga hidup di dunia ini. Sebagian orang percaya bahwa hantu menyerupai dan berukuran seperti manusia.
Namun sebagian orang berpendapat bahwa hantu memiliki bentuk seperti hewan. Hantu ada setelah roh dalam jasah keluar dari tubuh manusia. Dengan demikian bentuk atau wujud hantu menyerupai baying-bayang atau seperti kabut. Sebagian orang berpendapat bahwa ia juga menyerupai bayangan. Sehingga sesekali kita atau mungkin teman kita pernah mengalami kejadian pergerakan objek, lampu mati sendiri dan lain-lain. Ia tidak akan melakukan gangguan secara langsung kepada manusia.
Sehingga, secara logis hantu tidak bias dilihat oleh kasat mata manusia normal. Disini saya akan memberikan beberapa tips bagaimana kita mencegah hantu tidak masuk kerumah kita. Cara pencegahaan yang paling mendasar adalah kita sering menghiasi rumah kita dengan sesuatu yang baik-baik, seperti mengaji ayat-ayat Allah. Hal ini bertujuan untuk melindungi agar hantu atau makhluk ghaib lainnya tidak menggangu atau menghuni rumah kita.
Cara kedua adalah kita harus sering tinggal di rumah kita. Dalam artian bahwa janganlah kita sering-sering meninggalkan rumah dalam jangka waktu lama. Jika kita demikian, maka hantu akan senang tinggal di rumah yang sepi tidak ada kegiatan dan kehidupan, dan lain sebagainya. Cara mendasar tersebut benar-benar akan efektif bahkan sangat manjur untuk mencegah agar hantu tidak hidup atau masuk kedalam rumah kita. Allahua’lam Bissawaf.

CARA MENGUSIR HANTU

ments »
Di Indonesia, masih banyak bermunculan isu tentang penampakan sesosok hantu. Memang janggal hantu masih ada di zaman yang serba baru seperti saat ini, namun keberadaan hantu memang tidak bisa dipungkiri oleh masyarakat karena memang hantu benar benar ada dan masih kerap muncul di dunia masyarakat kita.
Sering kali terjadi dalam kehidupan masyarakat kita berupa hantu yang mengganggu. Sehingga, masyatrakat perlu mengadakan ritual ritual untuk mengusir hantu. Ad beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengusir hantu; misalnya dengan mengundang paranormal atau membacakan ayat ayat suci Al qur’an.
Seorang paranormal akan bisa melihat dengan jelas keberadaan hantu. Kadang kadang, paranormal juga bisa mengadakan dialog dengan hantu sehingga dia tahu apa tujuan dn maksid hantu tersebut mengganggu manusia. Dengan mengerti maksud dan keinginan hantu, kan mudah bagi paranormal mengusir hantu untuk kembali ke alamnya. Sebagai contohnya, setan pocong akan mengganggu manusia hanya untuk mencari keteangan dengan berhara bahwa manusia akan melepaskan tali pocongnya.
Namun, kebanyakan dari manusia hanya takut dan tridak berani melakukan hal tersebut. Dengan adanya paranormal, maka tali pocong tersebut akan dilepaskan dengan mudah. Setelah tali pocong selesai di lepaskan, setan pocong akan secara otomatis kembali ke alamnya dan dia akn tenang di alamnya.
Pendek kata, mengusir hantu dengan paranormal adalah mengusir hantu dnegan cara baik baik. Berbeda dengan pengusira hantu dnegan menggunakan ayat ayat suci Al-qur’an. Mengusir hantu dengan ayat alquran bisa disebut pengusiran dengan paksa atau jkasar karena hantu akan kalah dan tidak kuat berada dekat dan mengganggu seseorang yang sering membaca ayat alquran.

HANTU JERUK PURUT

ents »
Sebagai ibukota negara kesatuan negara Indonesia, Jakarta tumbuh menjadi sebuah kota yang hiruk pikuk oleh para penghuninya. Jakarta dipenuhi oleh manusia dari berbagai latar belakang budaya dan suku bangsa yang berbeda pula. Kepadatan ibukota Jakarta bahkan sudah menimbulkan masalah yang benar-benar membuat penghuninya merasa kesal. Bahkan perputaran uang terbesar di Indonesia terjadi di kota ini.
Dibalik hiruk pikuknya kota Jakarta, ternyata kota ini menyimpan kisah lain yang tidak dipedulikan oleh kaum metropolis di Jakarta. Di kota Jakarta terdapat beberapa lokasi angker dengan kisahnya masing-masing. Salah satu lokasi yang menyeramkan tersebut adalah Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Berikut beberapa cerita tentang hantu Jeruk Purut ini:
Pastur Kepala Buntung
Di tahun 1986, Supri, penjaga makam di Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut melihat penampakan hantu dengan sosok pastur tanpa kepala yang menenteng kepalanya sendiri. Menurut pengakuan masyarakat sekitar, pastur kepala buntung (julukan yang diberikan oleh masyarakat sekitar) ini mencari makamnya yang terletak di unit Kristen di pemakaman Tanah Kusir Jakarta. Pengalaman Supri ini menjadi kisah yang terkenal di daerah Jakarta. Jika Anda ingin melihat sendiri hantu Jeruk Purut berwujud pastur ini datanglah ke Tempat Pemakaman ini pada malam Jumat dengan jumlah pengunjung ganjil (satu, tiga, lima, dan seterusnya).
Cerita lainnya, ada dua orang pemuda yang pulang dari suatu acara. Kebetulan di jalan pulang mereka harus melewati daerah Jeruk Purut. Salah satu dari pemuda ini meremehkan tentang cerita hantu Jeruk Purut. Ketika melewati daerah Jeruk Purut, tiba-tiba mobil mereka mogok dan lampu mobil menyala dengan sendiri. Ketika mereka memutuskan untuk masuk ke dalam mobil, mereka melihat penampakan hantu pastur kepala buntung. Secara tiba-tiba mobil mereka bisa menyala kembali, namun anehnya tidak bisa di gas. Padahal spedometernya telah menunjuk angka maksimal. Setelah hantu itu menghilang barulah mereka dapat membawa mobil tersebut. Anehnya, mobil itu berjalan dengan sangat pelan. Untuk mencapai rumah mereka, dibutuhkan waktu sampai fajar menjelang.
Sosok pastur kepala buntung adalah sosok hantu paling terkenal di Jakarta. Penasaran dengan foto hantu ini? Sampai saat ini banyak orang yang mengaku memiliki foto hantu pastur kepala buntung, namun tidak satu pun yang dapat di dipastikan bahwa foto tersebut adalah asli.
Kuntilanak Laki-Laki
Ternyata sosok kuntilanak tidak hanya wanita berbaju putih saja. Kuntilanak juga ada dengan sosok laki-laki dan tuyul. Penampakan kuntilanak laki-laki ini dialami oleh Asmadi, penjaga Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut. Ketika sedang berkeliling, Asmadi ditempuk oleh seseorang dari atas pohon melinjo. Ketika menoleh ia melihat sosok kuntilanak laki-laki di atas pohon. Suatu kali Asmadi juga pernah dimintai uang oleh sosok tuyul. Setelah diberi uang, tuyul itu langsung lari ke dalam keramat (rumah pemakaman khas Betawi). Ketika diikuti ke dalam keramat ternyata sosok tuyul itu sudah tidak ada.

SANTET

ts »
sadarkah kalian bahwa disekitarmu juga hidup sekumpulan makhluk halus? Atau kalian pernah mengetahui atau mendengar tentang santet? Jika kita mendengar kata kedua ini saya yakin anda akan langsung berpikir akan sesuatu yang mengerikan, dan berbau mistis. Biasanya santet dilakukan karena dendam. Seseorang rela melakukan hal yang mengerikan ini karena dendam yang berakar. Bisa jadi karena harta gono gini, atau urusan wanita. Banyak hal lain yang memicu seseorang melakukan santet. Jika kita lihat dari sejarahnya, santet adalah suatu ilmu hitam yang dilakukan guna upaya mencelakai orang lain dari jarak jauh yang dikarenakan urusan nafsu hati. Santet di Jawa dikenal dengan istilah tenun atau teluh. Cara yang dilakukan atau media yang dipergunakanpun bermacam-macam. Seperti rambut, telur, foto, boneka mainan orang, paku, darah dan lain sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan kadang orang yang terkena santet mengalami penyakit yang tidak wajar, seperti perut membuncit, penyakit yang tidak kunjung sembuh dan lain-lain. Karena ilmu hitam satu ini mengantarkan sesuatu, tidak jarang orang yang terkena santet akan mengeluarkan pecahan kaca, paku, belut dan media penghantar lain dari mulutnya. Anda bisa bayangkan betapa seramnya ilmu sesat dan sangat dilaknat Allah ini. Selain santet, pelet, pesugihan dan babi ngepet, juga merupakan bagian dari hitam. Dimana hakekat ilmu hitam adalah digunakan untuk mengendalikan alam. Kejadian ini dimaksudkan adalah objek, manusia, atau peristiwa fisik melalui mistik. Ilmu ini identik dengan ilmu sihir yang menyekutukan kebesaran Allah. Naudhubilla mindalik…

JENGLOT


Banyak orang yang bertanya-tanya tentang jenglot. Sampai sekarang masalah itu masih menjadi perdebatan dan teka-teki apakah jenglot hidup atau sudah mati yang misterius dikalangan masyarakat, dan pada umumnya masyarakat Jawa. Karena dalam masyarakat Jawa itu masih kental dengan adanya hal-hal yang mistis, salah satunya tentang jenglot ini.
Jenglot adalah sebuah makhluk yang hidup layaknya manusia yang diyakini mempunyai kekuatan gaib dengan tubuh kerdil tidak lebih dari 12 cm yang memiliki gigi dan kuku yang runcing, sehingga membuat orang yang melihat takut.
Selain itu jenglot juga mempunyai rambut panjang yang tebal dan jarang. Banyak masyarakat yang meyakini jenglot dulunya adalah seeorang manusia yang telah mempunyai ilmu sakti dan mati dalam pertapaannya, lalu tubuhnya menciut dan tidak mengurai, dikarenakan jasadnya tidak diterima oleh bumi. Maka, sejak saat itu masyarakat meyakini jenglot adalah manusia.
Beberapa orang sakti saat ini banyak yang meyakini bahwa jenglot mempunyai kekuatan gaib, maka tidak sedikit dari mereka yang memeliharanya dengan cara memberi darah sebagai makanannya. Setetes darah biasanya diberikan setiap periode, selama 35 hari dan tepatnya pada hari jumat legi. Apabila hal atau ritual itu tidak dilakukan maka akan ada kesialan yang akan menimpa penduduk sekitarnya. Hal ini membuat masyarakat bertanya-tanya lagi, sebenarnya jenglot itu merupakan manusia ataukah hantu jenglot belaka yang menyerupai manusia kecil yang mempunyai bagian seperti kepala, tangan, kaki dan rambut yang panjang.
Ditinjau dari segi ilmiah, secara luaran fisik bentuk jenglot menyerupai manusia. Tetapi setelah diadakan beberapa penelitian yang mendalam lagi ternyata struktur tubuh jenglot berbeda dengan manusia, karena ternyata jenglot tidak mempunyai struktur tulang layaknya manusia. Hanya ada struktur tulang penyangga dari kepala sampai badan, selain itu tidak ditemukan juga jaringan kuku dan gigi. Sebenarnya dalam penelitian itu sempat ditemukan juga segumpal daging, tapi belum bisa dipastikan apakah itu daging atau bahan lainnya.
Dari hari ke hari semakin banyak ditemukan berbagai jenis jenglot di Indonesia. Tetapi tetap saja belum ada yang menyimpulkan apakah jenglot itu. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa jenglot memang mempunyai karakteristik seperti manusia dan mempunyai suatu energy yang besar. Dan percaya atau tidak hal ini memang ada di dalam kehidupan masyarakat. Tetapi kita sebagai orang yang beriman jang sampai kita terjerumus ke dalam hal-hal yang berbau mistis seperti halnya jenglot yang nantinya bisa membawa kita pada kesyirikan.

Kamis, 27 Oktober 2011

cerita romantis :D

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Selasa, 18 Oktober 2011

cerita hantu



Suasana kos terasa sangat sepi malam itu. Seperti biasanya saya sibuk di depan komputer. Kos saya sendiri ada 3 lantai, dan kamar saya berada di lantai paling atas. Di lantai tiga ada empat kamar, dan saat itu hanya dua kamar yang terisi, yaitu kamar saya, dan kamar sebelah yang kebetulan adalah seorang wanita.

Sebetulnya sendirian di lantai tiga kos waktu malam sudah menjadi hal yang biasa buat saya, karena teman sebelah kamar saya yang perempuan tadi adalah seorang detailer, atau lebih tepatnya sales obat yang tugasnya mengunjungi dokter-dokter, dan jadwal kunjungannya pun selalu sampai malam. Tapi malam itu ada hal tidak biasa saya alami.

Disaat itu saya sedang asyik dengan komputer, dan pintu kamar saya tutup rapat karena memang saat itu udaranya agak dingin. Tiba-tiba saja, sekitar jam setengah sebelas saya mendengar suara perempuan bersenandung. Awalnya saya tidak mempunyai prasangka sedikitpun, karena saya berpikir itu adalah suara teman kos saya yang baru saja pulang kerja.

Suaranya benar-benar terdengar jelas di telinga saya, tapi tidak dengan lagu yang dia senandungkan. Dan bersamaan dengan suara itu terdengar pula suara langkah kaki, ia menuju kamar mandi yang kebetulan berada tepat di samping kamar saya. Suara senandung berhenti, berganti dengan suara gemericik air yang lagi-lagi terdengar sangat jelas. Tidak lama, akhirnya suasana kembali hening.

Keadaan itu sontak membuat saya berpikir, dan saya pun mencoba mengingat kembali kejadian yang baru saja saya alami. Bulu kuduk saya merinding ketika saya ingat saat suara gemericik air tadi berhenti, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar dari kamar mandi. Dan kalaupun suara tadi itu adalah teman kos saya yang baru saja pulang kerja, setidaknya saya pasti mendengar suara pintu kamarnya dibuka. Tapi suasana saat itu benar-benar sunyi.

Karena penasaran, saya membuka pintu kamar saya. Saya melihat keluar, ternyata tidak ada siapa-siapa. Rasa penasaran saya semakin memuncak, akhirnya saya periksa kamar mandi, dan saya melihat air di bak mandi yang masih beriak, pertanda baru saja ada yang memakai kamar mandi. Tapi siapa???

Pertanyaan itu mengelayuti pikiran saya. Saya pun terdiam heran, saya tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja saya dengar, karena dari semua anak kos, tinggal teman yang disebelah kamar saya inilah yang perempuan. Lagipula, setiap lantai mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri, dan anak kos jarang sekali bahkan hampir tidak pernah menggunakan kamar mandi di lantai lain.

Saya berusaha melupakan kejadian barusan tapi rasa penasaran saya tak juga hilang. Akhirnya kira-kira satu jam kemudian teman kos saya pulang. Dan tanpa pikir panjang langsung saya bertanya ke dia,

"Mba tadi sebelum ini sempet pulang ga?"
"Ngga kok, saya baru nyampe kos ini. Memangnya kenapa?"
"Ngga kok mba, ngga kenapa kenapa"

Saya tentu saja tidak menceritakan kejadian tadi, karena memang saya tidak ingin membuatnya takut. Tapi sampai sekarang saya belum bisa memecahkan misteri ini. Apa kejadian tadi hanya halusinasi saja?, atau memang suara itu benar-benar ada?. Tapi, suara siapakah itu?