WELCOME TO MY BLOG

WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 23 Juni 2012

PILIHAN HATIKU BERUJUNG PADA KEMATIAN

Cerpen Syarifah Zulfa

Berdiri ku disini hanya untuk mu
Dan yakin kan ku untuk memilih mu
Dalam hati kecil ku ingin kan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Aku kan ada…untuk dirimu
Dan bertahan untuk mu
Terlukis indah raut wajah mu dalam benak ku
berikan ku cinta terindah yang hanya untuk ku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memang lah pilihan hatiku

Dan lagu ini telah mengantarkan Indah dalam pelukan terindah di dekapan hangat kekasih hatinya Rae. Senyum nya mengalunkan lagu sedih di penghujung akhir nya, hanya seutas senyum yang akan selalu terbayang di wajah nya dan akan selalu teringat oleh Rae sampai kapan pun.
NAFAS PUN TELAH BERHENTI, tak ada hembusan lagi yang keluar mengisi relung hidup Indah, ya…. Indah sudah pergi untuk selama nya, menutup matanya untuk selama nya menutup hatinya untuk selamanya. Tak akan ada lagi yang akan mengisi hatinya, dalam tidur panjang nya muncul kenangan bersama Rae, lelaki yang telah mengisi warna indah dalam hidup nya, lelaki yang talah memberikan nya arti kehidupan dan lelaki yang telah membawa nya tidur tenang dalam pelukan yang telah di nanti nya.
“Inda…. Aku mencintaimu…….” kecupan terakhir mengantar kepergian Inda untuk selama nya, meski Rae menahan tangis, tapi terasa sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Sakit yang tak di sangka nya, sakit yang menimbulkan penyesalan yang luar biasa. “Andai saja aku tak meninggal kan mu Inda… andai saja kau berikan ku kesempatan… owhhhh Inda… kenapa??.... kenapa???... Jangan tinggalkan aku… bawa aku bersama mu…. Inda..inda..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
****

“Non… makan ya.. nanti non tambah sakit…!!” Kata seorang wanita yang sudah berumur setengah abat dengan membawa bubur gandum di atas tangan nya… dengan wajah yang lelah perempuan tua itu berlari kesana kemari mengejar seorang anak kecil berkuncir dua
“Inda gak mau…. Bina ini bawel ya… Inda bosan makan bubur terus… inda mau makan yang lain . titik”
“Non… gandum ini baik untuk kesehatan Non, nanti siang baru Bibi masakin ayam bakar kesukaan Non”
“Iya di masakin Ayam bakar, tapi makan nya pake bubur lagi… gak mau pokok nya gak mau!!!!” Teriak anak kecil tersebut, dan langsung berlari meninggalkan wanita tua itu di ruang makan.
“Aduh non Inda… maafin bibi… ini semua demi kebaikan Non.. kalau Non begitu terus nanti Non tambah sakit “ kata wanita tua tersebut sambil duduk di kursi makan. Terlihat wajah nya yang sedih, dan tanpa terasa buliran air mata menetes dan membasahi pipinya yang sudah mulai keriput. “Ya.. Allah, sembuhkan lah penyakit Non Inda, jangan kau siksa dia .. kasihanilah dia… dia masih kecil ya Allah, biarkan hambamu yang hina ini saja menggantikan penderitaan nya, hamba ikhlas ya allah menukar kesakitan nya dengan hamba,.. hamba mohon ya allah “

Ternyata Inda yang waktu itu sudah masuk kelas 4 sd berada di atas tangga dekat kamar nya, dia melihat bibi yang mengasuh nya sedari kecil menangis meminta kesembuhan nya, air matanya pun ikut mengalir deras.
“Maafin Inda biNa…” Kata Inda yang berlari masuk ke kamar nya.

Pagi yang cerah, mengisi relung kamar Indah dengan sinar matahari yang menghangatkan setiap jiwa yang bernyawa. Begitu juga untuk Inda, pagi itu bina membuka gorden kamar nya, seberkas sinar menyusup memasuki celah-celah jendela kamar Inda. Cahaya itu terus lurus memancarkan sinar nya sampai ke mata bulat Indah. Sinar itu memberikan warna yang indah di mata Inda, membuat wanita yang masih kecil ini terbangun.

Mata Inda terbuka lebar menatap dunia yang menyakitinya ini, tak ada senyum di pagi harinya, selalu begitu. Tak ada seutas kata yang terucap manis di mulut nya, hal itu sudah biasa di lihat Bibi Ina. Perempuan tua itu selalu menahan gejolak di hatinya, setiap kali dia melihat anak majikan nya ini bangun dengan kehampaan tak ada warna dalam hidup nya.

Setelah Mandi, inda langsung turun kebawah, dia melihat di meja makan telah di sediakan bubur untuk nya. Langkah kecil mengiringi jalan kaki Inda yang lemas, lesu dan bosan.
“Bina… papa dan mama kemana???” Kata Inda sambil duduk di kursi makan nya
“Udah berangkat kerja Non…” Kata Bi Ina sambil memberikan segelas susu untuk Indah

Tak ada jawaban yang terukir dari bibir Inda, sepertinya dia sudah biasa di tinggal oleh papa dan mama nya yang pergi meninggalkan nya setiap pagi.
“Non.. mau Bina suapin???” Kata Bina sambil duduk di samping Inda
Inda hanya menganggut kecil, sambil mengeluarkan senyum hangat nya
Hal itu membuat Bina terkejut, senyum yang selama dua tahun ini telah menghilang, sejak non indah di ponis mengidap penyakit leukemia dan kanker usus telah terukir kembali di wajah nya yang manis dan lugu itu.
Inda pun menikmati sarapan nya, meski dia merasa bosan, tapi dia berusaha menyenang kan kembali hati Bina yang telah mengasuh nya sejak kecil.
Ting tong…. Ting tong…. Terdengar suara bel pintu depan berbunyi. “Tunggu ya Non… Bina buka dulu” kata Bina sambil berlari menuju ke ruang depan
Sampai di depan Pintu, Bina tersenyum senang melihat seorang anak laki-laki yang sepertinya sudah kealas 5 sd berdiri di ambang pintu bersama seorang bapak-bapak yang umur nya tak jauh beda darinya “ Bapak…!!! Rae…!!!” Kata Bina tersenyum senang

Mendengar nama mereka berdua disebut, bapak-bapak dan anak laki-laki itu pun berbalik, sungguh terlukis wajah gembira mereka, saking gembira nya mereka langsung berpelukan
“Ibu…!!” KATA ANAK LAKI-LAKI tersebut sambil memeluk erat Bi ina.. “Rae kangen sama Ibu”
“Ibu juga..” Kata bi ina membalas pelukan. Ternyata mereka adalah anak dan suami Bi ina, yang di izin kan oleh papa dan mama Inda untuk bekerja di rumah mereka , dan Rae di beri kesempatan untuk bersekolah di tempat yang sama dengan Inda

Inda merasa terlalu lama Bina nya pergi, karena penasaran siapa yang datang Inda pun menyusul ke depan. Sampai di depan, Inda langsung memanggil Bina “Bina…ini siapa???”
“Eh.. Non… maaf Bina kelamaan ya…???” Kata Bina sambil melihat kearah Inda “Non …kenal kan ini suami Bina… “ Kata Bina sambil menunjuk ke arah suaminyaa “Selamat pagi Non”
“Pagi juga PaKna…” Kata Inda sambil tersenyum melihat suami Bina
“Kox Pakna Non.. nama saya Halim” Kata suami bina menjelaskan
“Kan suami nya Bina… jadi panggilnya Pakna…” Kata Inda sambil memainkan tangan mulus nya

Hal itu membuat pak halim tertawa,
“owh ya Non.. kenal kan juga ini anak Bina…” Kata Bina sambil menunjukkan ke arah Rae.
“Nama ku Raehan Non… salam kenal” Kata Rae sambil tersenyum manis
“Beruang kutub….!!! Anak Bina hanya Inda seorang… kamu bukan anak Bina…Inda gak mau punya abang jelek kex kamu “ Kata Inda dengan ketus nya sambil berpaling dari tatapan Rae
Mendengar perkataan itu Rae jadi marah “Apa kata kamu???!!!..... beraninya kamu…. Kamu itu yang jelek, manja dan sok manis, dasar nek lampir… minta perhatian sama ibu aku” Kata Rae sambil berusaha menangkap Inda.

Tapi Inda keburu bersembunyi di belakang Bina nya “Bina…!!!”
“Sudah-sudah…. Jangan berantem,,.. kan baru ketemu” Kata Bina menengahi, sambil memeluk Inda
“Dia duluan bu…” KATA Rae yang berusaha menangkap Inda di belakang ibu nya
“WEEEKKKKkkk….” Kata Inda, karena Rae tak berhasil menangkap nya
“Awas kamu ya….!!!” Kata Rae yang tak dapat berkutik karena tubuhnya telah di kunci oleh ayah nya.
Bina dan suaminya hanya bisa tertawa melihat kelakuan anak nya dan anak majikan nya. Sejak saat itu, suami dan anak Bina tinggal bersama dengan Inda dan keluarganya. Setiap hari tak ada celah sedikit pun dirumah untuk menyisipkan sejenak ketenangan… selalu terdengar teriakan Inda,,, yang kesal dengan Rae, terkadang juga terdengar tangisan Inda, meskipun begitu selalu ada kerinduan di hati mereka berdua.. karena setiap Inda tak ada atau Rae tak ada akan ada Tanya yang datang untuk mencari kebahagiaan mereka.
Hal itu berlangsung sampai Rae dan Inda dewasa…
*****

“Non… sudah siang… Non .. bangun waktunya untuk kuliah” Teriak Bina dari depan pintu
Tak terdengar suara dari balik pintu tersebut “Non… Bina masuk ya… udah siang ne Non..??” Teriak Bina lagi, tapi tak ada sahutan dari balik pintu majikan nya itu
Dengan berat… Bina pun memegang gagang pintu, tapi tiba-tiba tangan nya terhenti oleh genggaman seseorang

Dilihat nya orang yang menghentikan gerakan nya…
“Sudah bu… biar Rae aja…!!” kata Rae sambil mengerjipkan matanya…
Rae pun masuk, dengan senyum manis yang menghias di pipinya yang putih,, wajah tampan yang mampu menggoda siapa saja yang melihatnya,. Matanya yang tajam melirik ke pembaringan Inda,, di lihat nya tubuh cantik..yang langsing dengan postur yang sangat menggiurkan setiap kaum lelaki memandang nya , tengah berbaring manis di pembaringan nya.
Rae hanya menggeleng- gelengkan kepala nya. Tubuh kekar nya.. berjalan menuju tempat pembaringan putri TIdur nya, laksana pangeran…. Rae duduk berjongkok melihat raut wajah yang tengah pulas tidur itu.

Dipandanginya wajah cantik itu, bibir merah yang merekah, mata bulat yang tengah tertutup inda, seperti sedang memimpikan sesuatu… Hati Rae bergetar dahsyat, tubuhnya terasa seperti di landa angin yang setiap saat mampu merebahkan jiwa nya.. wajah ini telah mengisi relung hatinya, wajah ini juga yang telah menghiasi mimpi di malam hari ketika ia tidur,.. sampai sekarang wajah ini tak bisa dia lupakan.
“Andai aku bisa mendapatkan mu…” terdengar suara Rae yang lirih, segera dia memalingkan wajahnya yang bersemu merah.. tubuh nya hampa mendengar ucapan nya sendiri… . Segera ia buang pikiran aneh nya, ia tak ingin terlalu berharap akan hatinya.

Hemmmzzz….. gimana cara bangunnya ya…. Rae mendekat kan wajah nya ke Inda,,, dilihatnya wajah Inda…kemudian dia tersenyum.

Rae pun semakin mendekat kan wajah nya ke wajah Inda… dan saat sudah sangat dekat dengan bibir Indah,,,Rae langsung bergeser sedikit dan “BANGUUUUNNNNN!!!!!!!!!!!” teriak Rae sekencang-kencang nya… Hal itu membuat Inda terkejut dan kaget,, saking terkejut nya dia langsung terbangun dan melotot kan mata bulat nya sambil menghembuskan nafas dengan cepat,…seperti orang habis berlari saja.

Rae yang melihat kelakuan Inda langsung tertawa terbahak-bahak… hal itu disadari Inda… ternyata yang mengagetkannya adalah Rae… terpancar rasa sebel di raut wajah Inda…dengan kesal nya Inda langsung berdiri dan menghampiri Rae yang sudah ngakak tertawa di bawah tempat tidur nya.. dengan wajah menahan amarah dan bantal di tangan kanan nya “ Awas… kamu Rae,…!!!” Teriak Inda sambil mengacungkan bantal yang ada di tangan nya kearah muka Rae… tapi segera di tangkis Rae… kemudian Rae berdiri menghadap Inda “Weee….. weeee nek lampir,…. Dak kena…dak kena… weeee “ KATA Rae sambil menggoyangkan bodi nya…hal itu menambah jengkel Inda…. Inda pun mencoba melakukan hal yang sama…tapi sayang gak kena lagi…tapi kali ini Inda masih bertekad untuk menghajar Rae… dengan usaha gigih… Inda berusaha menghantam wajah Rae dengan bantal…tapi sayang hal itu tak dapat dia lakukan,,,karena Rae sudah berlari meninggalkan nya…
Bukannya Inda akan berdiam diri, tapi malah Inda bersemangat mengejar Rae… Mereka berdua jadi berlari-lari mengitari rumah … hal itu sudah biasa di lihat oleh Kedua orang tua Inda dan kedua orang tua Rae… mereka hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan kedua anak itu… sudah besar, tapi kelakuann nya sama seperti anak kecil.
****
“Masih bertengkar dengan Rae …???”Tanya Sefty…salah satu teman Inda sedari SMP
“Dia itu nyebelin,… dasar beruang…tau nya cuman ngerjain orang” Kata Inda kepada teman-temannya sambil memancungkan bibir nya
“ Tapi ganteng kan….???” Kata Rini sambil memperolok temannya ini
“Iya sich….” Jawab Inda polos dan agak malu-malu

Mereka berlima pun tertawa…
“Hey nek lampir…. Hahahahhaa… mandi dulu baru kuliah,….”Teriak Rae dari arah kejauhan…sambil menjulurkan lidah nya kearah Inda

Hal itu membuat Inda jengkel… “Pergi kau ke sana beruang kutub….”kata Inda sambil berusaha melemparkan Rae dengan sesuatu
“Sudah…sudah…”Kata Rini sambil menyabarkan inda
“Aku tarik kata-kata ku bilang dia ganteng….” Kata Inda…kembali dia merengut dengan wajah yang mengundang kegemasan bagi setiap yang melirik nya.

Sementara itu…
“Rae… gak bosan kamu nyagil Inda terus…”Tanya Rendy…pada sohib nya ini
“Bosan….gak mungkin… liihat tu wajah jelek nya…hahahahhahaha…. Gi mana aku bosan…”Kata Rae sambil memandang Inda
“Bukan wajah jelek kan Bos… tapi wajah manis n lucu Inda yang Bos harap kan….” Kata Riko menyambung pembicaraan
“Brengsekk loch….”Grutu Rae,,,,yang mulai memancar kan rona merah di wajah nya…
“Sudah lah bos… katakan saja sejujur nya sama Inda… aku yakin dia juga menyukai mu…”
“Enggak sob… aku tak mungkin serakah begini…. Aku sudah berjanji akan melindungi keluarga Inda yang telah memberikan aku kesempatan seperti ini… gak mungkin aku meminta Inda kepada kedua orang tua nya…apa lagi selama ini kedua orang tua nya telah baik sama aku dan keluarga ku… aku harus tau diri Sob…aku hanya anak pembantu…sedang kan dia seorang putri…” lirih suara Rae… wajah nya menatap penuh kasih sayang kepada Inda.. meski hatinya ingin menyampaikan tapi apa mau di kata…itu tak mungkin dia lakukan.
Keempat teman Rae hanya bisa menghela nafas panjang…. Melihat gejolak hati temannya yang tak bisa di ungkap kan.

Sementara itu di belakang RAE… KEEMPAT TEMAN Rae dan Inda mulai membuat rencana untuk menyatukan kedua sahabat nya ini…
“Kita harus segera melakukan rencana ini, soal nya aku dapat kabar kalau sebulan lagi Rae akan mengikuti staditur keluar negeri, dan dia berencana mau pindah….kalian tau kan kenapa dia mau pindah???” Kata Riko sambil duduk dan memberikan kertas susunan rencana mereka
Mereka semua pun mengangguk kan kepala mereka,, menandai kalau mereka tau kenapa Rae mau pindah… mereka pun segera menyetujui umpan yang di berikan Riko dan Rendy…

Karena Rendy yang menjadi umpan…Rendy harus meminta persetujuan dari Sefty…kekasih hatinya. Tentu saja sefty setuju, karena ini semua demi teman nya
“Say… kamu harus bertahan kalau Inda akan menampar mu ya…? Bisik sefty pada Rendi… Rendy hanya tersenyum mendengar bisikan Sefty… mereka berdua pun berpelukan dengan hangat nya.. “Iya… aku tau kox.. Inda tu seperti apa orang nya.”
*****

Selama ini dia tidak pernah menyadari kalau Rendy akan berbuat seperti ini kepadanya, alngkah terkejut nya dia saat melihat tingkah laku Rendy yang selalu mendekati nya…dia selalu berfikir apa yang rendy ingin kan dari nya.
Inda tau kalau Rendy adalah pacar Sefty , sahabat karib nya. Dan tak mungkin dia akan macam-macam dengan Rendy, tapi belakangan ini.. Inda bingung dengan tingkah Rendy yang terlalu memperhatikannya, dan apa lagi dia mulai berani mengelus rambut Inda.
Hal itu juga dirasakan Rae, dia melihat gelagat Aneh dari Rendy… yang akhir-akhir ini selalu mendekati Inda,, bahkan terasa sangat akrab dan ada unsur lain yang tercapai dari mata Rendy. Bukan itu saja, setiap kali Rendy mendekati Inda, Sefty yang seakan merasakan sakit langsung pergi meninggalkan Inda…
Bukan Rae saja yang berpikir seperti itu.. Inda juga merasa di jauhin teman-temanya .
Puncak kejadian ini akhir nya tiba… saat mereka berlibur.. Inda pergi bersama Rendy, meski sudah menolak tapi paksaan Rendy tak mampu dia tolak..
Sesampai di tempat tujuan terlihat Inda hadir bersama Rendy, hal itu membuat kecewa Sefty sebagai pacar Rendy. Kekecewaan nya menjadi,, saat di lihat nya Rendy mencium pipi kanan Inda sebagai ucapan akan bertambah nya umur Inda…meski besok sichhh hari jadi nya..

Inda pun terkejut melihat nya,,,bahkan seluruh teman Rae dan Indah ikut terkejut… apa lagi Rae… Nampak wajah nya yang merah padam membakar seluruh tubuhnya…
“Rendy./..!!!!”Pekik nya…”Lo…gak tau malu ya… lo gak lihat ada Sefty di sini… “Kata Rae yang mulai naik darah dan sekaligus terbakar cemburu
“Apa urusan lo..???, gu gak ada hubungan nya lagi sama Sefty… “Jawab Rendy dengan enteng nya
Mendengar ucapan seperti itu, alangkah terguncang nya perasaan Sefty, segera dia berlari masuk ke dalam Villa.. dengan air mata yang berurai dan dengan menahan sakit yang teramat sakit dia paksakan tubuhnya berlari meninggal kan taman belakang villa milik nya.

Hal itu juga mengguncang Indaa.. Inda segera pergi menyusul Sefty…
“Lo…brengsek ya……!!!” Teriak Rae yang sudah mulai mengepal tangannya ingin menghantam Rendy… tapi segera di cegat oleh Riko, Kevin dan Riki…mereka bertiga memegang erat Rae..”Sudah Rae….sudah…” bisik Riko pada sohib nya ini
“Kenapa kalian tahan gue… gue ingin memukul bajingan ini… gue gak nyangka lo setega ini Ren…. Gue pikir lo cowok yang lembut…”
“Kenapa..???,,.. salah duga…?? Gue sudah jujur kan dengan lo… kalau gue dari dulu sudah suka Inda… selama ini gue tahan perasaan gue karena gue hargai lo Rae… tapi sekarang gak lagi… gue akan buat Inda jadi milik gue, bagai mana pun caranya” Kata Rendy sambil pergi meninggal kan semua temannya
Hal itu membuat teman-teman Rae dan Inda termenung dengan perkataan yang tak di sangka keluar dari mulut Rendy…
Bahkan Rae pun ikut lemas mendengar nya…
Sementar itu … Inda melihat tubuh sahabat baik nya ini lemas di atas pembaringan. Dengan hati yang tak menentu Inda berusaha menghampiri sahabatnya ini “Sefty…”
Tak ada suara yang terdengar dari Sefty… yang terdengar hanya isak taangis yang semakin menyayat hati Inda “SEF… MAaafin gue ya…???”

Mendengar perkataan Inda, tangisan Sefty mereda… dia memalingkan wajah nya menghadap sahabat baik nya ini “Untuk apa nda….untuk apa minta maaf sama aku” Kata sefty dengan lirih nya
“Gara-gara gue..lo jadi begini… gue gak tau kalau Rendy seperti ini. Tapi jujur Sef… gue gak ada perasaan sama Rendy…sedikit pun gak ada… lo tau kan siapa yang gue sayangi…”
“Sudah lah Nda… jangan bohong lagi… kalau emang lo suka Rendy… gue Ikhlas melepaskan Rendy, lagi pula gue udah tau….”Terhenti sudah kata-kata Sefty untuk menyambung rangkaian huruf yang membuat hatinya selama ini terluka
“Tau apa Sef…” Tanya Inda penasaran
HElaan nafas Sefty yang panjang membuat hati Inda tak menentu,,degupan jantung nya sangat teramat kencang,, “Inda… Rendy udah lama suka sama lo… dia udah ngaku sama gue… tapi gue aja yang ngotot akan buat Rendy suka sama gue…”Kata Sefty sambil menunduk kan kepalanya
Perkataan itu membuat hati Inda terguncang, tanpa Fikir panjang lagi… Inda langsung berlari meninggalkan Sefty ..di taman belakang dia bertanya kepada Rini di mana Rendy… Hal itu membuat bingung teman-temannya.. bahkan Rae pun ikut bingung…

Setelah mengetahui keberadaan Rendy.. Inda kembali berlari lagi… di tepi sungai… dilihat nya Rendy berdiri menghadap sungai.
“Ren….”panggil Inda dengan lirih nya sambil terlihat di wajah Inda seperti menahan sesuatu

Hal itu membuat Rendy terkejut… melihat Inda yang seperti itu Rendy langsung menghampiri Inda… “Ada apa???... kamu kenapa????” Kata Rendy cemas
“Aku mohon…aku mohon… jangan sakiti Sefty..aku mohon…..”Tangis Indah pun meledak seketika itu,… hal itu membuat Rendy mudur selangkah dari jangkau an Inda
“Kenapa…????”Tanya Rendy dengan lirih nya “Kenapa kau tak bisa menerima ku!!!!” Teriak Rendy dengan keras nya,,, teriakan Rendy itu mengguncang tubuh Inda… sekarang giliran Inda yang mundur ke belakang “Kenapa???....Knapa Inda??!!!!!” Tanya Rendy dengan mimik muka yang membuat Inda takut “Apa kurang nya aku In… apa?????....” Kata Rendy yang terus maju sehingga mendesak Inda mundur kebelakang
“Ren… bukan itu maksud ku…” Kata Inda yang sekarang posisi nya sudah mulai tak aman “STOP…Ren…”
“Aku bertanya Inda..!!!!.. apa yang kurang dari aku/????” Bentak Rendy…
“Hentikan Ren…!!!!” Teriak Inda…
“Aku tak akan berhenti sampai kau berkata kenapa kau tak memilih aku…. Katakan…!!!???”
“Aku gak suka kamu Ren!!!!!!!!” Teriak histeris Inda… Hal itu malah mengguncang perasaan Rendy… Rendy berhenti sejenak sambil menundukkan kepala nya,,, kemudia dia menatap Inda dengan tatapan seperti akan memakan Inda… “Kenapa?????....kenapa!!!!!!”Kembali Rendy berteriak… sementara itu Inda sadar posisinya semakin terdesak..langkah terakhir yang ia ambil ternyata salah…langka itu membawa nya ke sebuah pohon yang akan menghentikan langkah nya,, sementara Rendy masih terus mendesak nya mundur… “Aku tau… kau suka Rae kan…..????!!!”

Perkataan terakhir Rendy membuat Inda berhenti melangkan,,,tubuhnya seperti patung…. Yang tak mampu bergerak lagi
“Kenapa kau diam…jawab pertanyaan ku…!!!!” Teriak Rendy yang langsung membuat tubuh Inda mundur dan terhenti di pohon yang menghalangi langkah nya… “Jawab Inda…jawab…!!!??”
“Iya…”Kata Inda sambil menunduk kan kepala nya

Perkataan Inda menyayat hati Rendy… “Bohong….!!!” Kata Rendy seakan tak percaya
“Aku mencintai Rae Rendy…”Kata Inda sambil berusaha memgang muka Rendy yang tengah menunduk

Tapi tangan mulus Inda segera di tepis Rendy… “Bohong..!!!” Teriak Rendy sambil menatap inda dengan mata yang sangat tajam
“Aku tidak bohong rendy…”Sekarang Inda yang berteriak “Aku mencintai Rae!!!!!!!!!!.... aku sangat mencintai nya..!!, aku sangat mencintai Rae dari lubuk hati ku yang paling dalam…!!!... aku mencintai nya sejak dia datang ke rumah ku…sejak dia memberikan ku warna dalam hidup ini.” Dengan hati yang kacau balau, akhir nya INDA BERHASIL mengungkap kan perasaan yang selama ini telah dia tutupin….

Terdengar suara tawa kecil Rendy,,, yang mulai mundur dari hadapan Inda… “Dengar kan Rae…??.” KAta nya sambil berpaling dari tatapan Inda…
“Iya”
Indah terkejut mendengar suara lembut yang sudah dia kenal,, indah pun menoleh ke arah datang nya suara tersebut,, dilihat nya Rae,,,dengan wajah yang merah.. dengan tangan yang berusaha menutupin wajah nya yang merah…
Hal itu mebuat Inda terkejut,,,tanpa sadar tubuhnya lemas dan terjatuh terduduk .

Melihat Inda terjatuh Rendy dan Rae berusaha menolong Inda…tapi tubuh Inda terlalu lemas untuk di ajak berdiri kembali… jadinya mereka bertiga duduk… Sementara itu Rendy berdiri manatap teman-teman nya yang berada di balik pohon…
“Wah kalian sudah merekam nya… hebat kan akting ku….???” Kata Rendy dengan kerjipan mata kirinya

Teman-teman Rae dan Inda pun keluar dari persembunyian…
“Hebat loh Ren….” Kata Riko sambil menutup kamera nya. “Kalau gitu gue pergi dulu ya….”Kata Riko sambil mengandeng Rina.. sementara Riki dan Kevin juga ikut-ikutan pergi mengandeng Rini dan Kian
“Sef…. Yuk kita pergi….” Kata Rendy yang menghampiri Sefty yang tersenyum manis menyambut keberhasialan kekasih nya “Kamu gak di apa-apain kan sama Inda…”Kata SEFTY SAMBIL TErsenyum manis “Gak donk… tapi cuman di bentak-bentakin aja…”Kata Rendy manja… Hal itu membuat Sefty tersenyum gemas melihat tingkah laku Rendy yang sok manja
Tinggal lah Rae dan Inda sendiri… tak ada satu kata pun yang terukir dari mulut mereka berdua, ketegangan yang menghantui mereka saat ini, menutup rapat-rapat bibir mereka. Rae berusaha mencairkan suasana yang tegang diantara mereka.. “Nek lampir..bisa berdiri???” Ejek Rae...
Tak ada sahutan dari bibir orang yang di cintai nya ini…. “Nda…..” KATA Rae lirih…. Inda berusaha memalingkan wajah nya menghadap Rae…. Saat wajah nya tepat berada di mata Rae… tanpa sadar Rae langsung mengecup hangat bibir Inda. Hal itu membuat Inda terkejut. Degupan jantung Rae dan Inda menjadi simponi yang indah untuk mereka

Setelah usai beberapa menit, muka Rae memerah setelah mencium Inda, sementara Inda hanya bisa menunduk kan kepala nya… Rae pun berdiri..dan menjulurkan tangan nya untuk membantu Inda berdiri, Inda menerima pertolongan Rae, tapi alangkah terkejut nya rae,, Inda bukannya berdiri tapi malah menghambur kepelukan Rae. Hal itu membuat tubuh Rae bergetar hebat…. Apa lagi dapat bisikan mesra dari Inda “I LOVE YOU….” Dengan perasaan berbunga-bunga… Rae membalas pelukan Inda…. Dan membalas kata-kata manis Inda.. “ I love you INDA….I LOVE YOU FOREVER….”
“WAh…bisa di jadikan film ne…..”teriak Riko dari balik pohon…
“Husss!!!” Teriak teman-teman nya…. “Kenapa???” Tanya Riko pura-pura bego
“Ach..lo Rik…. Lagi seru ni…kan berhenti tu….” Kata Rendy yang akhirnya keluar dari persembunyian…
Rae..yang malu karena teman –temannya mengerjai nya,,,langsung melepas pelukan Indah dan berlari mengejar keempat sohib nya….
Sementara Inda masih malu dan menunduk…teman-teman Inda langsung menghampiri Inda…dan mengucapkan selamat, ada juga yang ikut mengolok nya…kemudian mereka tertawa bersama..
Ya…cinta Inda dan Rae bersemi dengan Inda…tapi tak tau siapa yang akan tersenyum dan siapa yang akan cemburu dengan cinta yang membuat dada terasa berbunga bunga ini.
****

Cinta pertama mang menyenangkan, kebahagiaan melanda Rae dan Inda,, hari-hari mereka di taburin dengan bunga dan gemerlap cahaya yang tak pernah padam dan surut di terpa waktu…
Dua bulan mereka jadian, rencana Rae untuk pergi staditur pun di urungkannya,,, meski pihak universitas meminta Rae untuk segera pergi, tapi hati Rae masih tak sanggup berpisah dengan kekasih hatinya ini.
Tapi.. bagaimana lagi,, rencana yang di susun Rae untuk terus hidup bersama Inda….terpecahkan oleh kedatangan sahabatnya semasa dia masih di kampung.

Sahabat nya itu selalu menganggu acara Rae dan Inda, meski Inda terbilang sabar tapi batas sabar Inda lama-lama akan menghilang dan akhirnya timbul percekcokan diantara mereka
Inda selalu merasa kalau Rae selalu membela sahabat nya ini, puncaknya Rae mulai membuat Inda sakit hati.
Hari ini adalah hari jadi mereka yang ke 3 bulan, rencananya Inda akan pergi dengan Rae untuk berlibur ke Pantai,Inda sangat menantikan rencana tersebut, sehingga segala sesuatu telah disiapkannya,, bahkan sampai kepakaian nya pun telah ia siap kan. Setiap malam ia tak bisa tidur menantikan hari yang telah di janjikan…

Sampai akhirnya hari itu pun tiba,, betapa semangat nya Inda saat itu, tapi khayalan dan keinginan yang ia harapkan sirna sudah.. pasal nya Rae lebih mementingkan mengantar kan Rika pulang kekampung karena orang tua Rika sakit…. Sungguh hal itu membuat Inda sangat marah.
“Maaf ya sayang…. Bukannya aku tak mau..aku juga menantikan hari ini,, tapi kasihan kan Rika…”Pujuk Rae pada Inda
“Tapi…..rika kan bisa di antar sama PakNa Rae… kenapa harus kamu…??”
“Inda…. Rika itu sahabat aku sewaktu kecil.. jadi wajar donkk aku yang antar,,,, lagi pula Bapak lagi gak enak badan Inda”
“Sewa Taxi aja..biar aku yang bayar…” Kata Inda sambil mengeluarkan dompet nya
“Inda!!!!” Bentak Rae…”Kamu in selalu menilai segala sesuatu dengan uang…. Bisa tidak kamu memandang orang dengan belas kasihan ha…!!!” Teriak Rae pada inda “Kamu ini gak punya hati nurani ya….!!!!” Kata Rae menimpalkan teriakan nya yang membuat hati inda bersedih
Tidak pernah Rae memarahinya seperti ini…. “Rae……”Kata Indah dengan lirih…. “RAE…. JAHAT…!!!!”Pekik Indah yang segera berlari ke kamar nya

Sementar Rae baru sadar kalau dia sudah keterlaluan, Rae berusaha mengejar Inda, tapi dihalangin oleh Rika
“Sudah lah Rae… nanti juga ngerti kox… lagi pula kamu gak salah,,”
“Tapi Rik…aku sudah kasar sama dia…. Aku harus meminta maaf dulu”
“Sudah lah… ini semua demi kebaikan dia, biar dia bisa lebih perhatian lagi sama orang lain…Rae orang tua ku sakit parah…aku mohon …aku gak mau nanti aku nyesal…kalau kamu mau menyusul Inda ya silahkan…aku naik angkot saja” Kata Rika sambil menjinjing tas nya
Perasaan bingung melanda Rae…akhirnya dia menolong dan mengantar Rika pulang kampung.
Sementara Inda, mulai merasakan kasih sayang Rae tak ada lagi untuk nya,, hatinya sakit seperti tercabik-cabik.
Hal itu semakin dirasakannya, saat dia mulai melihat Rae lebih memperhatikan Rika ketimbang dirinya… saat dia terjatuh bersama Rika, Rae malah menolong Rika terlebih dahulu dan Inda di tolong oleh Riki… hal itu terus berlangsung. Hati Inda seperti tersayat-sayat,… Hal itu juga dirasakan oleh teman-temannya,
Rendy dan Sefty berusaha menasehati Rae, tapi Rae malah berkata kalau Rika bukan orang yang seperti itu…dia kenal Rika sejak kecil.
Meskipun begitu… Rae berusaha menepis anggapan kalau Rika ingin menghancurkan hubungan dia dan Inda.

Suatu Hari rika melihat Inda sedang duduk termenung sambil melihat sungai kecil, saat itu wajah Inda sudah pucat. Penyakit yang diderita nya kini mulai terasa.
“Hay…”Kata Rika menghampiri Inda…

Inda hanya menoleh kearah datang suara tersebut, kemudian berpaling
“Kenapa???... Duh..anak mami…cengeng banget sich..” Kata Rika sambil tersenyum sinis

Mendengar tak ada tanggapan dari Inda,,Rika mulai mengeluarkan Handphone nya,, dia menunjukkan gambar seorang cowok yang tengah bertelanjang dada bersama nya, alangkah terkejut nya Inda ternyata cowok itu adalah Rae….
“APA-apa an ini…!!!” Teriak Inda…
“Gak ngerti ya… harus nya kamu sadar….aku dan Rae sudah menjalin hubungan yang serius… kamu itu gak ngerti ya…Rae itu lebih suka aku ketimbang kamu.” Kata Rika sambil berdiri dengan senyum sinis nya

Mendengar penuturan Rika, .. Inda menjadi sangat marah,, dengan kondisi yang lemah… Inda berusaha menampar Rika,, tapi tangan Inda di tahan oleh Rika.. “Hemmmzz…. Dengar ya…cewek berpenyakitan… seharusnya kamu sadar.. kalau kamu itu gak pantas untuk Rae….kamu itu sakit,.. hidup mu juga gak bakal lama… lepasin Rae…” Kata Rika
“Di mana kamu tau aku sakit….”
“Rae yang bilang….Rae sering mengeluh karena kamu,,,dia ingin segera mutusin kamu tapi…dia gak enak dengan mama papa mu…. Maka nya kami berdua jadi sedekat ini…. Aku kata kan ini karena aku gak sanggup lihat Rae lebih menderita lagi bersama mu…”

Sungguh miris rasanya hati Inda mendengar penuturan Rika…Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rika, tapi alangkah terkejut nya dia,,,malah Rika yang jatuh
“Aduh… In…apa salah aku…aku sudah minta maaf….aku gak pernah berniat merebut Rae dari kamu…” Kata Rika dengan mengeluarkan air mata
“Apa maksud kamu Rik…”
“Inda..!!!” Teriak seorang laki-laki yang tak asing lagi bagi Inda… “Rae…”
“Ternyata kamu sekasar ini ya… aku gak nyangka… seharusnya kamu gak begini kan In… aku kecewa sama kamu aku kecewa…” Kata Rae dengan kasar nya

Inda sekarang menyadari ucapan ini…. Tak ada gunanya lagi Inda berdalih,..hatinya sudah terlanjur sakit… “Aku… aku mang tak ada gunanya lagi kan buat kamu…aku hanya cewek yang sakit-sakitan….Rika benar…lebih baik …lebih baik….”Kata Inda sambil menahan tangis..”lebih baik…lebih baik… kita berhenti saja sampai di sini….” Perkataan yang keluar dari mulut Inda membuat luka di hatinya… Rae pun ikut terguncang mendengar penuturan Inda…
“Inda…..??”kata Rae dengan suara yg lirih, sambil menatap Inda dan memastikan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Inda…

Inda tak mampu menatap Rae…dengan hati yang terluka…Inda berlari meninggalkan Rae yang mematung di tempatnya.
Saat Inda berpaling,,, dilihat nya Rae memeluk Rika… sungguh miris hati Inda…ternyata perkataan Rika benar…Rae tak lagi mencintai nya…

Inda pun pulang dengan keadaan yang kurang baik, dia di jemput oleh PakNa…

Saat Rae kembali ke Villa, Rae berusaha mencari inda,, tapi dia tak menemukan gadis yang ia cari, di Tanya nya ke Silvy, tapi Silvy tak menghiraukannya… sudah lah Rae… itulah yang terucap dari Silvy. Sementara Rendy… mempunyai Rencana untuk membuka mata Rae…kalau Rika itu lah penyebab dari semua ini.
Rendy menemui Rika di kamar nya…
“Hebat kamu Rik….”Kata Rendy dengan senyum manis nya
“Apa maksud kamu Ren….aku gak ngerti” Kata Rika sambil berpaling dari tatapan Rendy
“Aku punya foto, kalau kamu lah penyebab ini semua….”Kata Rendy sambil menunjukkan foto Rika yang menangkap tangan Inda..”Dan ini belum seberapa…aku juga punya video nya…”

Mendengar penuturan Rendy… Rika langsung melotot…”Apa mau kamu ha….???”
“Kamu gadis yang licik,,,.. kenapa kamu lakukan itu ha…..!!!”
“Diam kamu….!!!,, kamu gak tau apa-apa, kalian anak orang kaya seenak nya saja menindas kami orang miskin. Terutama teman mu itu,,, dia itu gadis yang berpenyakitan, tapi dengan harta nya dia bisa membeli cinta Rae, aku tau Rae mencintai nya bukan karena cinta tapi karena kasihan dan tidak enak sama kedua orang tuanya…”
“Apa maksud mu.,…”
“Dengar ya Ren,,..aku akan menyelamatkan Rae. Karena aku tau Hati Rae bukan untuk Inda,, tapi untuk ku…Rae terpaksa pacaran sama Inda… aku akan menyelamatkannya dari perempuan sial itu…!!!”
“Cukuup..!!!!” Teriak seseorang dari luar kamar Rika…

Rika dan Rendy menoleh kearah datang nya suara tersebut….”Cukup…jangan mengatai kekasih ku seperti itu Ka… aku tak tahan mendengarnya”
“Rae…”
“Diam..!!!!!!!!, aku tak sudih mendengar mu menyebutkan nama ku lagi,,, .. dengar ya Rika…sampai mati pun di hati ku cuman ada Inda….dan asal kau tau aku hanya mencintai Inda.. hanya Inda seorang…dan itu tulus dari hati ku… mengerti…!!!” Teriak Rae yang langsung berlari mengejar kepulangan Inda
Sekarang dia tau,, kekasih nya sangat terluka,, sangat menderita. “Alangkah bodoh nya aku….Inda….maafin aku…tunggu aku…”
Di rumah kediaman Inda,,,Inda masuk kekamar nya dengan perasaan terguncang, selama itu dia hanya bisa berbaring lemas di pembaringan nya… dia bertekad tak akan menemui Rae lagi,,, hati nya sakit dadanya sesak… setiap kali dia melihat foto Rae wajah nya jdi pucat,,tubuhnya berkeringat.

Selama itu, Rae tak bisa menghubungi Inda, menjumpai Inda… sungguh miris rasa nya,, setiap kali dia ingin melihat Inda..Inda langsung jatuh pingsan…dan terkadang juga…inda sampai kehilangan nafas nya. Begitu sakit nya Inda jika melihatnya.
Hal itu membuat Rae terpukul, karena kebodohan dan kesalahannya penyakit Inda semakin parah…dengan berat langkah,, Rae pun memutus kan untuk meninggalkan Inda dan pergi ke luar negeri sesuai permintaan universitas nya…

Hari ini keberangkatan Rae…untuk terakhir kalinya Rae mencoba menghubungi Inda meski hanya di luar kamar nya…
“Inda….” Kata RAE DENgan lirih nya…
“Pergii…..!!!!!!!” Teriak Inda dari kamar nya
Rae hanya bisa menghela nafas… tubuhnya terasa dicambuk dan lemas mendengar kembali penolakan Inda “ Maafin aku In… aku sangat sayang kamu….sangat In… aku selalu menerima mu apa adanya.. keinginan ku hanya berada di sisimu dan melindungi mu… aku tau aku telah sangat menyakiti mu… sekarang pun keberadaan ku telah menyakiti mu …jika keberadaan ku ini menykiti mu… aku akan pergi In.. aku akan pergi… aku tak ingin kau terluka dan terus tersakiti dengan keberadaan ku… aku hanya ingin pamit dan mendengar suara mu untuk terkahir kalinya… selamat tinggal Inda… hanya ini yang bisa kuucap kan,,,aku selamanya akan selalu sayang kamu” Kata Rae, meninggalkan Inda menuju ke bandara.

Inda hanya bisa menangis di kamar mendengar penuturan Rae,,, di hatinya dia begitu sangat mencintai Rae, tapi setiap kali dia teringat akan foto itu,,, hatinya tak mampu menahan rasa sakit yang akhir nya membuat drop tubuh dan fisik nya.
“Rae…..Rae…Rae…..” Tangis Inda membahana….

Rendy dan Sefty yang sedari tadi ada di depan kamar Inda,, hanya bisa menghela nafas… mereka berdua masuk dengan tatapan penuh rasa simpatik kepada sahabat nya ini
“Inda….” TEGUR Sefty,,, sambil duduk di samping Inda
“Sef…..”Kata Inda sambil memeluk Sefty
“In….ada yang ingin kami kata kan sama kamu….”
“In….sebenar nya… RAE Tak salah… ini semua salah Rika…” Kata Rendy sambil duduk disamping Sefty
“Apa maksud mu Ren….???”
“Gini… saat hari jadi kalian,, Rae memang mengantar kepergian Rika, tapi rencananya setelah mengantar Rika, dia akan segera pulang menemui mu, tapi Rika mencegat nya dengan alasan kalau ibunya butuh ke rumah sakit dan tak ada kendaraan, dengan berat hati RAE MENGANTAR NYA, dipikirannya dia hanya ingin menemui mu…”
“Dan foto itu, foto saat Rae jatuh ke dalam kali, saat itu Rae sedang memikirkan kamu,, karena pikiran nya selalu ada padamu tanpa sadar tanah yang licin akibat hujan membuat nya jatuh tergelincir ke dalam sungai, saat itu Rika ingin menolong nya dan malah Rika pura-pura ikut terjatuh,,,dan tanpa sadar Rae memeluk Rika… dengan siasat itu, Rika menyuruh keponakannya untuk memfoto mereka sedang berpelukan,, dan foto itu tak di ketahui Rae loch In…” Timpal SEFTY menjelaskan
“In… Rae juga sangat sayang pada mu… dia sangat sayang padamu melebihi dirinya sendiri…In…aku mohon terima kembali Rae… aku mengatakan ini karena ku pikir kau juga masih menyayangi nya… “ Kata Rendy sambil menatap bola mata Inda yang ingin mengeluarkan intan hatinya.
“Ren… Rae di mana sekarang….dia mau pergi ke mana????”
“Dia mau keluar negeri…. Katanya dengan cara itu kau bisa hidup bahagia…. Tanpa harus tersakiti lagi oleeh nya…”
“Bodoh…..” KATA Inda yang langsung berdiri dan keluar dari kamar nya…
“In…mau kemana????” Teriak Sefty yang bingung
“Pak Na…siap kan mobil aku mau pergi/….”Teriak Inda….

Segera mungkin Inda menuju ke garasi rumah nya,,, Pakna pun segera mengeluarkan mobil…. “Mau kemana nak…????” Tanya pakna bingung
“KEBENDARA….” Kata inda dengan senang nya
Mobil pun meluncur pergi meninggalkan rumah mewah milik Inda… Rendy terseynum senang melihat kelakuan Inda, sementar Sefty resah dan meminta Rendy menyusul Inda… Mereka berdua pun ikut menyusul

Di dalam mobil Inda tersenyum senang… dia mengetahui Rae sangat mencintai nya,, sakit yang dia rasa tak dihiraukan nya lagi,, hari ini dia bertekad akan menemui Rae dan menggapai Rae kembali kedalam hidup nya… Disuruhnya Pak na untuk lebih cepat,, tapi sayang mobil nya malah terjebak macet yang panjang, hal itu membuat Inda sedikit kesal… dilihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya,,, “sebentar lagi pesawat Rae akan berangkat…..aduh Pakna.. berputar aja..” Kata Inda dengan kecemasan yang luar biasa
“Gak bisa Non…. Di belakang sudah ada mobil…”

Inda pun resah….”kalau begini gak keburuh…..” tanpa pikir panjang lagi, akhir nya Inda pun turun “Aku turun disini pakna” Teriak Inda yang mulai berlari menuju bandara
“Non….!!!.. Non,,,,,jangan Non..!!!!!!!!”
Tak dihiraukannya suara Pakna yang memanggilnya,, dia terus berlari dan berlari,, dihatinya cuman ada satu…dia ingin segera menemui RAE DAN kembali menyatakan kalau dia sangat mencintai Rae… dengan sekuat tenaga Inda berlari menuju bandara yang masih jauh,..Akhirnya dia berhasil juga sampai di Bandara meskipun dengan tubuh yang mulai lemas dan perut yang mulai sakit menjalar tubuhnya,,,tapi dia berusaha untuk menolak kesakitan ini,,,dia berusaha menolak rasa yang menyakitinya ini,, karena dalam hati dan pikirannya hanya satu yaitu ingin kembali bersama Rae.
Segera ia mencari penerbangan menuju New York… dengan hati yang tidak tenang, dia takut pesawat yang di tumpangi Rae telah pergi,, jika itu terjadi,, maka hatinya akan kembali sakit lagi… kembali sakit… dengan perasaan tak menentu, dicari nya setiap wajah…adakah wajah yang dia cintai… Tapi sayang,,,tak ada satupun terlihat Wajah Rae,,,,
Kini tubuh dan hati nya mulai putus asa, jantung nya mulai berdetak kencang… dibalik rasa putus asa nya,,, dia merasakan ada debaran jantung yang sangat kuat,, debaran yang selama ini ia rasakan…saat dia menoleh…dilihat nya sosok tubuh yang ia kenal… sedang berdiri menarik tas ingin menuju ke pintu tiket pesawat…. Dengan senyum senang… inda berlari kecil dan berteriak..

“Beruang kutub BODOH..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Sosok tubuh itu berhenti melakukan aktifitas nya,, kemudian dia berbalik…
“Beruang Kutub bodoh……!!” Kata Inda yang kembali berlari, karena yang berada di hadapannya adalah benar Rae
Rae terkejut melihat kedatangan Inda… meski begitu, hatinya sangat senang…. “Indah…”bisik nya dalam hati,, tanpa sadar,, kaki nya bergerak sendiri berlari menuju Inda….

Mereka pun bertemu dan berpelukan dengan kencang
“Beruang bodoh…jahat….” Kata Inda sambil memeluk Rae
“Nek lampir juga bodoh….”Kata Rae… “Enggak… aku salah.. maafin aku Nda… aku gak percaya kata-kata mu…”
“Aku juga salah Rae…. Aku gak dengar penjelasan kamu”Kata Inda sambil mengencang kan pelukannya
“Rae…. I LOVE YOU”… Kata Inda… dengan suara yang terdengar sayu
“Owhh… Inda… aku senang…senang… dasar bodoh… “ Kata Rae kembali memeluk Inda dengan hangat “In…aku gak nyangka kamu datang kesini,,, kamu dengan siapa???” Kata Rae berbicara sambil memeluk Inda… “ Kamu kox penuh keringat begini…??? Kamu berlari ya….??,,,.. dasar bodoh…kamu kan lagi sakit… in….??” Kata Rae…yang mengelus rambut Inda “In… kox diam…” KATA Rae yang mulai menyadari kebisuan Inda… Tap.. hatinya mulai bergetar dan merasakan kejanggalan pada kekasih nya ini …”In……” Kata Rae yang mulai melepaskan pellukan Inda… “In…” Kata Rae… yang menatap wajah lemas Inda.. yang tiba-tiba rebah…. Untung segera di pangkunya…. Tapi wajah itu…. Tak menimbulkan cahaya lagi…. “IN…. kamu kenapa????....In…..” Kata Rae.. yang mulai cemas dengan kebungkaman Inda “In…jangan bercanda…In…!!!!!” Sembari menepuk lembut pipi Inda… “In…..!!!!!!” kata Rae….”Bangun In…bangun….bangun…. Inda…!!!!!!!!!!!!” Teriak Rae yang membahana…
Rendy dan Sefty yang baru datang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam….kemudian Sefty pun menangis melihat tubuh temannya yang sudah tak bernyawa dengan senyum manis menghiasi wajah nya.. “Inda….”Lirih Sefty…
Berdiri ku disini hanya untuk mu
Dan yakin kan ku untuk memilih mu
Dalam hati kecil ku ingin kan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Aku kan ada…untuk dirimu
Dan bertahan untuk mu
Terlukis indah raut wajah mu dalam benak ku
berikan ku cinta terindah yang hanya untuk ku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memang lah pilihan hatiku
Dan lagu ini telah mengantarkan Indah dalam pelukan terindah di dekapan hangat kekasih hatinya Rae. Senyum nya mengalunkan lagu sedih di penghujung akhir nya, hanya seutas senyum yang akan selalu terbayang di wajah nya dan akan selalu teringat oleh Rae sampai kapan pun.

NAFAS PUN TELAH BERHENTI, tak ada hembusan lagi yang keluar mengisi relung hidup Indah, ya…. Indah sudah pergi untuk selama nya, menutup matanya untuk selama nya menutup hatinya untuk selamanya. Tak akan ada lagi yang akan mengisi hatinya, dalam tidur panjang nya muncul kenangan bersama Rae, lelaki yang telah mengisi warna indah dalam hidup nya, lelaki yang talah memberikan nya arti kehidupan dan lelaki yang telah membawa nya tidur tenang dalam pelukan yang telah di nanti nya.
“Inda…. Aku mencintaimu…….” kecupan terakhir mengantar kepergian Inda untuk selama nya, meski Rae menahan tangis, tapi terasa sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Sakit yang tak di sangka nya, sakit yang menimbulkan penyesalan yang luar biasa. “Andai saja aku tak meninggal kan mu Inda… andai saja kau berikan ku kesempatan… owhhhh Inda… kenapa??.... kenapa???... Jangan tinggalkan aku… bawa aku bersama mu…. Inda..inda..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Kepergian Inda mengguncang hati Rae,,, Kedua orang tua Inda pun tak bisa berbuat apa-apa… mereka hanya bisa menangisi kepergian putri semata wayang mereka….

Sementara Rae…hanya bisa mengingat kenangan terindah saat bersama Inda, kenangan saat inda mengucap kata cinta,, saat mengecup bibir nya, memeluk hangat mesra tubuhnya.. dan yang paling tak bisa di lupakannya yaitu senyum manis Inda saat pergi meninggal kan dunia ini.
“Inda…. Inda…” Tangis Rae mengantar kepergian tubuh kekasih nya…yang akan menemui sang maha pencipta… “Aku kan selalu mencintai mu…tunggu aku sayang…aku kan datang…” Bisik Rae dalam hatinya.
THE END

PROFIL PENULIS
Nama : Syarifah zulfa
Abb fb : Zulfa Syg AbaUmi
Email : Syarifah_Zulfabaragbah@yahoo.com

HANYA SEPARUH HARAPAN

Cerpen Dea

Kenalin aku Rara, aku anak rumahan. Aku ngak bermaksud sebagai anak yang ngak uptodate, tapi penyakit aku yang menyarankan semua ini. Aku punya penyakit yang dikenal sebagai penyakit leokimia. Penyakit ini sangat membuat aku seperti ratu. Tetapi aku senang karena semua jadi perhatian sama aku. Dan ngak semuanya enak, ada juga angak enaknya. Ngak enaknya aku jadi tidak bisa mandiri, pergi main sendiri seperti temen – temen aku yang lain.

Dan setiap hari aku harus cuci darah, kalau ngak gitu aku harus kemo. Aku semakin bosan dengan semua hal – hal yang seringa ku hadapi ini. Hingga suatu saat ada sahabar lama aku yang menjenguk aku, aku sempet lupa dengan penampilannya. Karena dia berbeda saat kita masih berusia 8 tahun dulu, dan sedangkan kita sekarangkan sudah berusia 15 tahun. Sebut saja dia Rora.

Rora yang menjadi teman main aku dirumah. Dia yang slalu menghibur aku, saat aku bosan berada dirumah. Aku juga sangat senang dengan Rora, karena dia juga memberitahu aku bagaimana anak muda sekarang ini dan bagaimana keseruan anak seumuranku dengan teman mainnya. Pokoknya dial ah yang slalu ada buat aku.
Saat aku cuci darah aku meminta kepada papa aku untuk memanggil Rora, dan aku mengancam papa aku kalau tidaka ada Rora aku tidak mau cuci darah. Saat cuci darah berlangsung, tiba – tiba papa aku dipanggil oleh dokter, jadinya aku menunggu papa aku hingga keluar dari ruang dokter. Setelah papa aku keluar dari ruangan dokter, tiba – tiba papa aku membisiskan sesuatu kepada Rora. Setelah berbisisk – bisisk dengan ayah aku Rora pergi entah kemana!!

Cerpen Harapan

Setelah itu hanya beberapa menit para medis dating menghampiri aku, membawakan kereta dorongnya. Aku sudah bisa menebak berarti itulah saatnya aku harus berbaring di rumah sakit. Dokter berkata padaku kalau aku harus semangat,, untuk kata dokter yang ini aku tidak begitu paham dengan maksudnya? Aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Papa dan mama aku hanya terdiam membisu, disaat yang bersamaan dokter berkata kepada papaku kalau aku harus tahu yang sebenarnya, aku heran apa yang tidak aku ketahui bukannya papa aku selalu jujur kepada aku.

Saat itu Rora dating dan papa meminta Rora yang bicarakan semua. Kali ini Rora menangis seperti hari ini melihat diriku yang etrakhir. Dia berkata dalam pelukan aku, bahwa penyakit yang aku derita ini tidak adapat disembuhkan karena sudah stadium akhir. Tanpa aku rasa aku mengis saat aku tatap kedua orang tua aku dan saat aku menatap Rora. Akumengucapkkan kata maaf untuk papa aku yang slalu ada buat aku dan mama aku yag telah melahirkan aku dan merawat aku. Serta sahabat special aku yang slalu ada buat temen aku yaitu Rora.

Saat aku di kemo aku hanya berdo’a semoga penyakit ini mengalami kebaikan tidak keburukan. Aku berjuang dalam tidur aku, dan aku berjuang dalam do’a aku. Saat merasa sakit aku tidak mengeluh sepeti biasanya ke dokter. Dan aku percaya bahwa diriku masih bisa hidup. Roar yang melihat aku hanya bisa memberikan semangatnya untuk aku, mama papa aku juga demikian. Aku slalu berdo’a hingga dokter mengatakan aku mengalami kemajuan, yaitu leokimia aku sudah agak membaik, tidak mengalami stadium akhir lagi. Hal itu membuat aku merasa bahagia atas perjuangan aku yang slalu tepat waktu dalam minum obat, dan ketelatenan aku mengikuti terapi.

Papa aku memberikan aku hadiah jalan – jalan ke suatu tempat yang paling ingin aku kunnjungi, aku berkata bawa aku ke taman yang ada di komplek ini saja. Mereka menuruti aku, kami menggelar tikar dan makan – makan bersama, tertawa bersama dan take picture together. Tapi saat kami masih bahagia – bahagianya, tiba – tiba aku pusing dan hidungku mengeluarkan darahtanpa etrasa aku pingsan.

Aku tersadar saat aku telah berbaring di rumah sakit. Aku dalam keadaan yang sangat lemah, aku sempat membuka mataku dan hanya melihat kedua orang tua aku menangis dan melihat Rora menangis. Saat yang bersamaan ada seorang yang memakai baju putih dia berwajah tampan, dia mengajak aku pergi, aku berpikir dia adalaha malaikat yang menjemputku. Tatpi tidak hany disitu aku bberjuang aku berjuang emlawan rohku sendiri yang ingin ikut dengan orang tampan itu. Tetapi aku sudah tidak kuat dan aku mohon kepada orang tampan itu aku ingin menyampaikan kata – kata terakhir yang berarti untuk orang tuanya.

Aku berkata kepada mama dan papa aku agar mengabullkan satu permintaan Rora yang mulia itu. Dan aku juga meminta aku agar aku dikembalikan seperti aku dilahirkan, dan aku juga mengucapakan sampai jumpa kepada mereka semua. Aku melihat dengan rohku dan orang tampan itu bahwa mereka menangisi aku dan membanting – banting badan aku tapi aku hanya terbujur kaku.

Karya
dea rachmawati

PERMINTAAN SEBUAH DIARY

Hari yang melelahkan dengan teriknya matahari dan sapuan udara bercampur debu. Daun-daun berguguran lalu terbang tersapu angin. Terlihat sesosok gadis kecil duduk termenung di kursi taman pusat kota. Terdengar teriakan seseorang dari arah belakang gadis itu.
“Dilla…!” Teriakan itu membuat gadis kecil yang ternyata bernama Dilla itu terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya.
“Dilla..!!” teriak orang itu lagi. Setelah dia melihat orang yang memanggilnya itu, mukanya tiba-tiba memerah dan sepertinya ada rasa geram darinya.
“Dilla, kamu ke mana saja, Nak? Ayah mencarimu dari tadi pagi. Kenapa tiba-tiba kamu kabur?” Tanya orang itu yang ternyata adalah ayah Dilla sendiri. Dilla tetap diam. Wajahnya tetap murung dengan sedikit tatapan sinis. Ayahnya mencoba bicara lagi.
“Ayolah, Nak. Beritahu Ayah. Kamu mau apa?” Sang ayah terus membujuknya untuk bicara. Perlahan wajah Dilla mulai kelihatan tenang. Dan ia pun mulai bicara.
“Ayah nggak akan pernah tau apa yang kuinginkan, karena Ayah nggak pernah perhatiin aku. Ayah nggak akan pernah mengerti dan sampai kapanpun Ayah tak

akan bisa mewujudkannya!” ucap Dilla. Ia mengatakan semua yang ada di benaknya. Perasaan yang dulu ia pendam. Dan sekarang perasaan itu sudah memuncak dan tak dapat dikendalikan lagi.
Ayah merengut dan tiba-tiba memarahi Dilla.
“Apa sih yang kamu mau? Ayah sudah memberikan semua yang kamu minta. Pakaian, handphone, laptop, accessories dan barang-barang lainnya yang Ayah rasa kamu tidak gunakan. Sekarang kamu mau apa? Ayah capek… capek… ngeladenin kamu!”
Mendengar ucapan ayahnya, sakit hati Dilla semakin menjadi-jadi. Perlahan air matanya keluar. Tetes demi tetes menggambarkan kehidupannya yang kelam.
“Kalau Ayah memang tak mau ngurusin aku, mendingan Ayah buang saja aku. Biar Ayah nggak capek lagi dan bisa senang-senang dengan kehidupan Ayah yang nggak jelas itu!” Semuanya ia ungkapkan saat itu juga dan akhirnya ia lari pergi meninggalkan Ayahnya.
“Dilla…!!” teriak ayahnya yang lari mengejarnya.
Larian panjangnya tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tak layak huni. Langkah kakinya bagaikan tersedot rumah itu. Ia mencoba mengetuk pintu rumah itu.Namun tak ada orang yang membukakannya. Ia terus mengetuk pintu itu berkali-kali. Namun tetap tak ada jawaban.
 Akhirnya ia mencoba membuka pintu itu. Pintunya tidak dikunci. Ketika ia melihat ke dalam rumah itu, betapa terkejutnya ia. Ia melihat seorang wanita tergeletak tak sadarkan diri dari  balik dinding rumah itu.
“Bunda…Bunda…!!” teriaknya dengan air mata yang terus menetes.
“Bunda..!Bangun Bunda..! Bangun…” Dilla mencoba menyadarkan wanita yang ternyata ibunya. Ibunya Dilla tetap tidak sadarkan diri. Dilla pun mulai putus asa. Ingin rasanya ia membawa ibunya ke rumah sakit. Namun, ia tidak bisa membawa ibunya sendirian. Dan walaupun ia lakukan itu, yang pasti ibunya akan marah dengannya. Akhirnya, ia merawat ibunya di rumah itu, hingga ibunya sembuh.
^_^
Sudah dua hari Dilla menginap di rumah itu. Namun ayahnya tak kunjung menjemputnya. Ada dua alasan yang mungkin terjadi dengan ayahnya hingga ayahnya tidak bisa menjemputnya. Yaitu, satu; karena ayahnya tidak tau rumah ini. Dua; karena ayahnya sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah kecil itu, Dilla lebih merasa ceria. Karena ia merasa tidak kesepian. Di rumah itu, ia mempunyai teman ngobrol, mencurahkan isi hatinya, berbagi suka dan duka, tertawa bersama dan hal-hal menarik lainnya. Ketimbang di rumah besar yang sunyi, sepi, senyap, hanya bertemankan harta yang tidak berguna.

Ibu Dilla sudah sembuh. Dilla pun berpamitan dengan ibunya. Ia takut ayahnya akan marah besar kalau ia tak kunjung pulang. Ia merasa tersiksa dengan perceraian kedua orang tuanya yang berakibat buruk terhadap masa depannya.

Sesampainya di rumah, Dilla langsung masuk ke kamarnya, menguncinya, dan seperti biasa, ia mencurahkan isi hatinya dalam buku harian.

Malam harinya, ayah Dilla pun pulang. Ia langsung menuju kamar Dilla untuk memastikan anaknya itu sudah pulang atau tidak.
Ketika pintu kamar Dilla dibuka, Dilla pun spontan terkejut, ia langsung menyembunyikan buku hariannya.
“Dilla.. Kamu sudah pulang, Nak. Kamu ke mana aja kemarin? Kenapa nggak bilang sama Ayah?” sang Ayah mencoba menginterrogasi Dilla.
“Nginep rumah teman, Yah.” Jawab Dilla singkat.
“Kenapa kamu nginep rumah teman? Emangnya kamu nggak punya rumah?” Tanya ayah dengan nada pelan.
“Ayah! Aku kesepian di rumah ini. Aku tidak merasa bahagia dengan semua harta yang Ayah berikan. Aku cuma minta perhatian dan kasih sayang kedua orang tuaku. Dan kalian selaluu ada di sampingku. Tapi Ayah tidak pernah mengerti apa maksudku!” bentak Dilla. Emosinya memuncak drastis.
 “Terus apa maumu?! Bagaimana Ayah bisa tahu, kalau kamu nggak ngasih tahu Ayah!!” bentak ayah dengan nada tinggi.
Ucapan ayahnya membuat Dilla merasakan sakit yang luar biasa. Sekarang bukan hatinya saja yang sakit, seluruh tubuhnya juga ikut sakit. Dilla merintih kesakitan dan akhirnya pingsan.
Melihat sang anak pingsan, sang ayah langsung membawa Dilla ke rumah sakit. Dan langsung ditangani oleh dokter terhandal.
Sesaat kemudian, dokter keluar dengan wajahnya yang kelihatan pucat. Ayah Dilla pun menghampirinya.
“Penyakitnya kambuh lagi.” Ucap dokter itu.
“Penyakit??” Tanya Ayah Dilla heran.
“Penyakit leukimianya sudah stadium empat!” Lanjut dokter.
Seketika itu pun ayah Dilla terkejut.
Penyakit leukemia? Stadium empat? Batinnya.
“Maaf, Dok. Setahu saya, anak saya tidak pernah mengidap penyakit leukemia. Apalagi sampai stadium empat. Saya tidak mengerti maksud Anda!” Ucap Ayah Dilla.
“Bapak jangan bercanda. Dilla itu pasien lama saya. Sudah 2 tahun ia saya tangani. Kok Bapak sampai tidak tau masalah ini?” Jelas dokter dengan wajah bingung.
Ayah Dilla semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan dokter tersebut.
Sudah 2 tahun? Tapi mengapa Dilla tidak pernah mengatakannya? Batinnya lagi.
“Dok, boleh saya masuk ke dalam? Saya mau jenguk anak saya!” Pinta ayah Dilla sambil mengarahkan telunjuknya ke kamar tempat anak semata wayangnya itu dirawat.

Di dalam kamar itu, ia melihat seorang gadis kecil mempertaruhkan nyawanya melawan sakit yang menderanya. Dimanakah sosok seorang ayah yang dia punya? Mengapa ia tak tau apa yang terjadi dengan anaknya? Apakah batin seorang ayah dengan anaknya tidak terikat? Ditengah lamunannya, ia dibuyarkan oleh secercah suara kecil. Ya, suara Dilla.
“Ayah..” ucapnya lemah.
“Iya, Nak.” Ujar ayahnya sambil meneteskan air mata.
“Ayah.. Aku mau minta sesuatu dari ayah. Aku mau…” Ucapan Dilla semakin lemah. Denyut nadinya semakin cepat. Nafasnya terengah-engah. Dan pada saat itu, detik itu, Dilla menghembuskan nafas terakhirnya sebelum mengatakan keinginannya itu.
Tangisan langsung meluap dari kedua mata sang ayah. Sampai akhir hayat anaknya, ia tidak dapat mengabulkan permintaan anaknya itu.
 Dan sekarang ia tidak tau harus bagaimana. Ia tidak tau apa yang anaknya inginkan. Dan ia tidak tau bagaimana mewujudkannya.
^_^
Dua hari setelah kepergian Dilla, sang ayah terus saja berdiam diri di rumah. Ia sekarang sadar, harta yang paling berharga baginya bukanlah uang tetapi keluarga. Ia pun mencoba mengenang Dilla dengan masuk ke dalam kamar Dilla. Ia membereskan kamar anaknya itu. Ketika ia sedang membereskan tempat tidur, tak sengaja ia menemukan sebuah diary di bawah bantal. Ia pun kemudian membuka diary itu, dan membacanya.

Deardiary…
Aku tak tau apa yang sedang ku alami
Semuanya berubah begitu saja.Perceraian Ayah dan Bunda telah membuatku    
larut dalam kegelapan
Aku tak bisa melihat masa depanku nanti.
Sekarang aku mencoba menahan penyakit leukemiaku. Aku tidak ingin mereka 
mengetahuinya. Aku tidak ingin kedua orang tuaku saling menyalahkan.
Cukup aku yang merasakan sakit ini.

Deardiary…
Ya Allah…
Kenapa Kau berikan cobaan ini kepadaku?
Kenapa Kau memberikan sakit ke Bundaku?
Kenapa Kau buat Ayah melupakanku?
Kenapa aku tidak pernah bisa menjadi orang yang lebih sabar lagi menahan
cobaan ini.
Ya Allah..
Yang hambaMu inginkan cuma satu. Tolong persatukan keluarga kami lagi.
Tolong satukan Ayah dan Bunda agar Ayah bisa merawat Bunda.
Karena mungkin hamba tidak bisa merawat Bunda lagi.
Karena mungkin Kau akan memanggil hamba.
 Jadi hamba mohon, persatukan keluarga hamba.
Ayah… yang Dilla minta selama ini adalah itu.
Dilla minta Ayah menjemput ibu di rumah kecil di bawah jembatan tua.
Dan Dilla ingin Ayah menjaga dan merawat Bunda untuk selamanya. Hingga
akhir hayat.
Amiiinn… Ya Rabbal A’lamin.

Tetesan air mata berjatuhan. Isak tangis meluap. Sekarang.. saat itu juga ayah Dilla pergi menjemput mantan istrinya itu sesuai kehendak Dilla.

Di rumah kecil itu, ia melihat mantan istrinya duduk termenung. Ia pun mendekatinya dan perlahan mengatakan tentang kepergian Dilla.

Mendengar berita itu, sang ibu langsung menangis. Ia tak dapat menerima semua itu. Namun, ia pun tidak bisa mengelak takdir illahi. Sesuai keinginan Dilla, kedua orangtuanya pun bersatu kembali.

JAGALAH DIA UNTUKKU

Cerpen Hanin Fathimah Sholihah (Hanin Adzkiya November)

Hari ini aku sangat senang, aku habis jalan-jalan dengan Deni, orang yang aku sayangi. Hari-hariku terasa bahagia dengan kehadirannya. Oh ya... aku adalah Nada, aku mempunyai saudara kembar bernama Nida. Wajah kami tidak begitu mirip, karena kami tidak kembar identik. Aku dan Nida tak dapat terpisahkan, dari kecil kami selalu bersama-sama, pakaian kami selalu sama. Orang tuaku tidak pernah pilih kasih pada kami, tidak membeda-bedakan kami berdua. Aku termasuk orang yang aktif dan ceria, sedangkan kembaranku lebih pendiam.
***
       
Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit di kepalaku. Seperti hari ini, saat aku sedang menjelaskan di depan kelas, kepalaku sangat sakit, tiba-tiba pandanganku buram dan gubrak.... aku pingsan. Teman-teman dan guruku terkejut dan langsung membawaku ke UKS.
       
Saat aku sadar, Deni dan Nida sudah ada di sampingku.
“syukurlah, kamu sudah sadar” kata Deni.
“aku dimana? Kenapa aku disini?” aku bangkit sambil memegangi kepalaku yang masih sedikit sakit.
“tadi kamu pingsan Nad” kata Deni.
“iya Nad, tadi kamu pingsan saat menjelaskan di depan kelas” Nida menambahkan.
“aku ingat tadi aku menjelaskan di depan kelas, tapi aku tidak ingat lagi setelah itu”
“ya sudah, sekarang kamu istirahat saja” kata Deni.
“iya, Nad” Nisa menambahkan.
***
       
Karena akhir-akhir ini kepalaku sering sakit, aku memutuskan untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Tapi aku tidak memberitahu Nida apalagi orang tuaku. Aku takut mereka mengkhawatirkanku.
“silakan duduk, nak Nada”
“terimakasih dok. Bagaimana hasilnya? Saya baik-baik saja bukan?”
“sebentar” dokter mengamati hasil pemeriksaanku.
“maaf nak Nada sepertinya saya harus memberitahukan ini langsung pada orang tua anda, karena ini sangat serius”
“memangnya kenapa dok? Sampaikan saja pada saya, nanti akan saya sampaikan pada orang tua saya”
“baiklah” dokter menghela napas. “nak Nada anda harus tabah, anda terserang penyakit kanker otak stadium akhir” jelas dokter.

Aku sangat terkejut mendengar penjelasan dokter. Seluruh badanku lemas. Aku belum bisa berkata-kata.
“penyakit ini sangat sukar untuk di sembuhkan, apalagi sudah stadium akhir”
“bagaimana dengan saya dokter?”
“saya hanya bisa memberikan obat untuk memperlambat perkembangan kanker itu, selebihnya kita serahkan pada Tuhan”
Aku menitikkan air mata. Kenyataan ini seperti mimpi.
***
       
Sekarang aku sering menyendiri dan diam. Ceriaku hilang setelah aku tahu kenyataan ini. Tentu orang yang pertama kali menyadari perubahanku adalah Nida.
“kamu kenapa Nad? Kok jadi diam begini.”
“aku nggak papa kok, cuman gak bersemangat aja”
“bener?”
“iya Nid, kamu tenang aja”
       
Hampir semua orang bertanya mengapa aku berubah. Mereka heran tidak ada lagi Nada yang ceria, sekarang menjadi Nada yang pendiam. Nida, orang tuaku, Deni dan semua teman-temanku mulai menyadari perubahanku ini. Saat mereka menanyakan hal ini padaku, aku hanya mencari-cari alasan yang masuk akal. Aku tahu, aku telah membohongi mereka semua. Maafkan aku. Aku tahu lambat laun mereka mengetahui penyakitku ini. Tapi sekarang aku belum siap memberitahu mereka, biarlah aku menanggung penyakitku sendiri.
***

Sudah dua bulan aku menyembunyikan penyakitku ini. Aku semakin tersiksa. Aku semakin sering pusing, mimisan, dan pingsan. Orang-orang di sekitarku semakin mencurigaiku, tapi aku masih bisa menyimpan dengan rapat hal ini dari mereka. Sampai suatu saat mama ke kamarku dan ia melihatku sudah tergeletak di lantai dan darah keluar ari hidungku.
       
Orang tuaku segera membawaku ke rumah sakit terdekat. Aku tek sadarkan diri beberapa hari. Dan saat aku dibawa ke rumah sakit, orang tuaku bertanya tentang keadaanku pada dokter.
“sebenarnya ada apa dok dengan anak saya?” tanya papa.
“iya dok, mengapa seringkali Nada pingsan dan mimisan?” tambah mama.
“maafkan saya bu, saya baru bisa memberitahu bapak dan ibu sekarang” aku memang meminta dokter untuk merahasiakan ini dari siapapun.
“Nada mengidap penyakit kanker otak stadium akhir”
Mamaku langsung menangis nendengar penjelasan dokter. Ia tidak percaya.

Papa berusaha tabah. “bagaimana keadaannya sekarang?”
“kanker otak itu semakin berkembang dan saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita hanya bisa berdo’a dan menyerahkan semuanya pada Tuhan saat ini”
Orang tuaku terdiam.
***
       
Sudah tiga hari aku tak sadarkan diri. Dan selama itu pula Nida dan orang tuaku selalu menemaniku. Juga Deni. Walaupun aku tak sadarkan diri tapi seolah-olah aku dapat mendengar suara orang-orang yang menyayangiku.
“mengapa kamu tidak memberitahukan ini padaku, Nad? Kasihan kamu, harus menanggung penyakit ini seorang diri” suara Nida terdengar. Ia menggenggam tanganku.
       
Setalah mendengar suara Nida, aku membuka mataku. Mereka sangat senang melihatku telah sadar.
“kamu sudah sadar, Nad. Kamu sudah tiga hari tak sadarkan diri” kata Nida.

Aku tersenyum dan berkata “umurku tidak lama lagi Nid, aku titipkan Deni padamu. Jaga dia baik-baik dan kamu Deni aku mohon sayangilah Nida seperti kau menyayangiku, jagalah dia demi aku” ku satukan tangan mereka. Deni tersenyum padaku.
“tapi Nad?” ucap Nida.
“sudahlah Nida, aku mohon penuhilah permintaan terakhirku ini. Aku tahu kau menyukainya. Aku ingin kau bahagia” aku memberikan senyum terakhirku.

Dan terdengarlah suara alat di sampingku, menandakan aku telah tiada. Senyumku mengantarkanku pergi dari dunia ini.
“Nadaaa....” teriak Nida.
--T.A.M.A.T--


SETAN GAOL

Cerpen Madadina Amalina 
 
“woy!!” teriak sasa yang sengaja mengagetkan teman-temannya yang sedang asik menyantap makanan mereka masing-masing.hingga membuat Dodi, Putra, dan Nadia tersendak.
“sasaaaaa!kapan sih gak buat kita-kita kaget melulu?untung gak ada yang punya penyakit jantung!kalau ada gimana coba?bisa mati di tempat tuhh sa!” cerocos Nadia tak henti.
“mati?kuburin terus yasinin deeh,rempong sih lu Nad,haha peace Dodi,peace Putra,dan peace Nadiaa,orang ganteng dan orang cantik gak boleh marah!hahaha” ujar sasa yang tak ada habisnya meledek teman-temannya itu.
“udah deh nad,lo ngasi tau sasa, sama kaya ngomong sama patung tau gak!” bentak Dodi kemudian.
“cieee Dodi ngambeek, oke fine gak gua ajak lo ke tempat fotografi yang paling kereeen!” rayu sasa dan sontak membuat dodi luluh “eh jangan!gua ga ngambek kok sa!ajak ya sa, ajak ya sa,sasa baik, cantik deeh!” maklum lah bila dodi begitu fanatic apabila mendengar fotografi atau sekedar tempat fotografi, karena sejak kecil dia memang telah menyukai dunia fotografi. “haha, luluh juga kan lo!iya-iya santai bro,pasti gua ajak!” “nah itu baru bestprend gua!” ujar dodi dengan bangganya kemudian melanjutkan menikmati semangkok mieayam yang telah di pesannya. Putra serta Nadia hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan aksi kocak kedua sahabat mereka itu.
“lo mau tau dod dimana tempatnya?” ujar sasa. “dimana?dimana?kasi tau doong!biar gua bisa kesana sendiri tanpa lo!” “dimana-dimana-dimana?” dengan rasa tanpa bersalah sasa berdendang menyanyikan lagu yang lagi hits ayu ting-ting. “suara lo fales udah gak usah pake nyanyi segala!” ledek Dodi “sialan loooo, tempaaatnya ituu di kuburaan, ntar kan lo bisa foto-foto sodara lo sendiri disana,haha, kabuuuuuur!” dengan lincahnya sasa keluar dari tempat duduknya dan segera lari menghindari amukan Dodi.sedangkan Putra dan Nadia hanya tertawa geli, sedangkan Dodi memperlihatkan wajah devilnya :D *kereeen.
 
Dengan tergesa-gesa sasa berlari menaiki anak tangga yang jumlahnya begitu banyak, maklum ruang kelas sasa memang berada di lantai dua.5 menit yang lalu bel telah berbunyi pertanda untuk masuk dan berganti jam pelajaran, karna kelamaannya sasa di kantin hingga membuat dia terlambat dan harus segera cepet sebelum guru mapel datang.

Sasa menarik nafas berat saat sampai depan ruang kelas X IPA2, ya itu adalah kelas sasa!dengan perlahan sasa menyentuh dan memegang gagang pintu kelas lalu mendorongnya perlahan.sontak membuat para siswa dan siswi yang sedang melangsungkan KBM itu terkejut dan serempak mereka menoleh ke arah sasa.hingga membuat sasa malu dan tak sengaja memperlihatkan pipinya yang merah itu.
“sasa lagi!sasa lagi!kamu,kamu…”
“lagunya coboy junior ya pak judulnya kamu atau lagunya killingmeinside pak judulnya juga kamu,ternyata bapak pecinta lagu pop juga ya,haha” cerocos sasa yang memotong pembicaraan pak Budi tentang dirinya.
“tidak!saya tidak suka lagu pop,tapi metal dan korea!” ujar pak Budi membenarkan omongan sasa.
“widihh bapak keren sumpaah,baru kali ini loh pak saya lihat ada bapak-bapak tua suka korea lagi.kereeen pak!” mendengar celotehan sasa.semua siswa dan siswi tanpa kecuali pun tertawa terbahak-bahak,begitu juga sasa yang tersenyum nyengir di hadapan pak Budi yang terlihat sangat marah.
“sasaaaaaa!kamu saya hukum membersihkan kamar mandi sampai soree!!saya lihat tidak bersih,kamu tidak saya perbolehkan pulang!!sekarang keluar dari jam saya!!” semua siswa dan siswi menutup telinganya erat-erat ketika pak Budi berteriak dan cengo saat sasa dengan santainya berkata “oke pak!beres bisa di atur” sedangkan pak Budi hanya menggelangkan kepala.
 
Dengan langkah malas sasa memberatkan niatnya untuk jalan ke kamar mandi.dalam benaknya daripada cape-cape bersihin kamar mandi mending nongkrong di kantin.namun sasa berfikir untuk kedua kalinya kalau dia nongkrong di kantin dan pak Budi tau, hukumannya pasti akan di tambah dua kali lipat.dan sasa tidak ingin hal itu terjadi.segera ia membuang jauh-jauh angan-angannya itu.
“eh ada santi sama sinta di kamar mandi?ngapain lo berdua?hayoo satu kamar mandi lagi?jangan-jangan lo berduaa ihh!” ledek sasa pada santi dan sinta.
“ihh endak.kita ndak ngapa-ngapain kok sa,ndak boleh berfikiran negative ah,kata mbok ku di kampong ndak baik loh!” ujar sinta dengan logat jawanya yang masih dan amat kental.
“haha,wong jowo wong jowo!eh lo berdua tadi ngomongin apa?gua denger kuntilanak pocong gitu!di datengin baru tau rasa lo hayoo” ujar sasa sembari menakut-nakutin kedua gadis polo situ.
“kan di facebok lagi heboh hantu punya facebook sa,memangnya kamu ndak tau?ih serem sa!” ujar santi sembari memegang lengan kembarannya,sinta,dengan erat.
“alah lo berdua mau aja di kadalin sama orang.itu fb pasti ada yang buat.masa iya si kunti punya fb.kereen gilaa dong ini dunia.haha”
“ihh kamu ndak percaya sa?ntar kalau hantunya ada di samping kamu gimana sa?” Tanya santi dengan polosnya.
“iya gua minta’in tuh nickname facebooknya,username twitternya,sama kalau ada pin bbnya da gua invite.hahaha.udah lo berdua pergi sana!”
“loh memangnya kamu disini amu ngapain sa?”
“kepo benget sih lu cumi kembar!zzzz pergi pergi!” ucap sasa sembari mendorong santi dan sinta keluar dari kamar mandi. “huhhh..” desis kedua anak kembar itu.
“haha,dasar anak polos mau aja giitu di tipu sama hal begituan!buat gua mah gak ngaruh woy!haha” sesaat setelah kata-kata itu terlontar,tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup.padahal tidak ada angin saat itu.lampu kamar mandi pun menjadi terang redup terang redup,begitu seterusnya.kejadian itu membuat sasa sedikit merinding.
“woy siapa aja yang di luar dan sengaja ngunciin gua!kalo ketemu gua cekek lu pada!” teriak sasa,namun tetap tidak ada sahutan dari yang di luar. Tiba-tiba keran dari kamarmandi 2 menyala.saat sasa melihatnya tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Saat sasa hendak berkaca tanpa dia sadari.kaca itu memperlihatkan sosok perempuan berambut panjang yang tepat menutupi seluruh wajahnya serta mengenakan baju putih.sesaat perempuan itu menampakkan wajahnya daaan sasa pun lari terbirit-birit untuk keluar dari kamar mandi.
“bener deeh Dod.Put.Nad gua liat sendiri kuntilanak itu di kamar mandi!sumpah wajahnya serem banget kaya wajahnya Dodi.haha peace.ihh gilaa.terus ya waktu di kamar mandi juga gua ketemu cumi kembar si sinta sama santi.gua ngobrol tentang setan sebelumnya.makanya kali ya itu setan datang!siaaaaal” cerocos sasa yang membuat ketiga temannya itu tertegun.
“bentar deh bentar sa!lo bilang tadi lo ngobrol sama santi sama sinta?lo ga salah liat apa?atau lo emang uda gila?” ucap Putra sembari melihat sasa begitu dalam.
“sialan lo!gua masih waras lah put!”
“lo ga inget apa?si sinta sama santi kan uda deact!mereka meninggal karna kecelakaan tepat seminggu yang lalu!” sambung Dodi.
“astaganaga.iya gua baru ke inget kalo sinta sama santi uda meninggal!terus yang ngobrol sama gua tadi di kamarmandi siapa dong!astaga merinding lagi nih gua!” keluh sasa.
“lo sih aneh-aneh sa.apa aja emang yang lo omongin tentang kuntilanak itu?” tanya nadia penasaran
“elah gua tuh cuma ngeyel gak adanya setan-setang begitu doang!terus kemarin sinta sama santi bilang katanya setan sekarang tuh pada gaul punya fb.twitter.bbm.ya gua ledekin sekalian.mau aja ditipu begituan!” cerocos sasa yang tak ada hentinya.
“ucapan lo tuh sa yang harusnya di jaga!kemarin juga gitu kan lo sama pak Budi yang ngebuat lo harus di hukum!makanya kalau ngomong itu di jaga jangan asal keluar dari mulut dan endingnya elo juga kan yang nyesel” ujar nadia yang lelah melihat tingkah sahabatnya satu itu.
“yaelah kata siapa gua nyesel nad?malahan gua penasaran sama kuntilanak yang kemarin itu?gua punya rencana buat nemuin itu kunti lagi dan yang pasti ngajak kalian bertiga!gak ada komentar dan kalian harus mau!titik!” ujar sasa dengan niatnya yang menggebu-gebu dan dengan terpaksa dodi.putra.serta nadia mengangguk dengan permintaan sahabatnya itu.

Malam itu dan tepat dengan malam jum’at kliwon.menurut pepatah orang jaman dulu jum’at kliwon adalah dimana setan-setan akan berkeliaran.tepat sekitar pukul 21.30 sasa.dodi.putra.maupun nadia melaksanakan misi mereka kemarin saat diskusi di salah satu cafĂ©. Malam itu suasana sekolah benar-benar sepi tak berpenghuni.tidak ada satu lampu dari sudut manapun yang bersinar.yang ada hanya sinar bintang.perlahan sembari mengambil gerak gerik yang tepat.mereka bertiga berjalan mendekati gerbang sekolah yang masih di gembok itu.dengan sigap putra mengeluarkan setangkai kawat untuk membuka gembok tersebut.
“put lo uda siap-siap ternyata?atau lo kebiasaan maling.haha” ledek dodi ketika putra mencoba membuka gembok itu.
“sialan lo!emang uda gua siapin ini dari rumah.uda gua duga.lo bertiga gak akan bawa persiapan yang matang!” perjelas putra.
“astaga putra.kita kesini buat ngungkapin setan.bukan buat tamasya.jadi lo bawa tas ransel isinya apa’an?” tanya sasa penasaran dengan mengangkat alis kanannya tajam.
“ada kawat nih.paku.palu.bawang.minuman.makanan!”
“putra lo kata kita mau camping apa?” bentak nadia kemudian. “ini semua buat penangkal kuntilanak dodol semuaa lo pada!” bentak putra kemudian. “udah-udah jangan rebut!biarin da pada pendirian putra sendiri.barangkali dia bener.noh gerbang uda kebuka.ayo kita ngejalanin misi kita.buat nadia lo coba cari ke ruang kelas XIPS1-3.dodi lo cari ke taman belakang.lo put cari ke ruang uks terus ruang guru.nah gua tetap ke kamar mandi.tempat dimana gua ngeliat itu setan.lu pada hati-hati yeh!” dengan sigapnya mereka berempat berlari menuju tempat yang telah di tentukan.begitu juga dengan dodi yang harus menyelidiki dan mencari di taman belakang sekolah.memang taman itu sekarang tak berpenghuni malahan di buat untuk gudang bangku/meja yang sudah rusak/tak terpakai.
“kenapa harus gua sih yang dapet bagian di taman belakang?ini sih bukan taman lagi.tapi gudang.bihh debu.kotor.uda pasti.ni setan nongkrong di tempat beginian..fiuhh” keluh dodi ketika dia sampai di tempat tujuannya.
“ehh mba kunti.mas pocong.dek tuyul martuyul nongol kenapa?biar tugas gua cepet selesai terus pulang terus ngebo da gua.keluar woy keluar!”teriak dodi sembari menyalakan handycamenya dan terus memutar badannya di sekitar taman. Perlahan camera dodi memperlihatkan sosok putih tepat berada di bawah pohon camera.dodi mencoba mengejar bayangan itu.namun setiap dodi mengejar bayangan tersebut selalu hilang.dan tanpa di duga bayangan tersebut tepat berada di depan muka dodi sekitar 8cm,dan sempat membuat dodi hampir pingsan.dengan tenaga yang ada dodi berlari dan terus berlari menjauhi pocong tersebut.

Begitu juga dengan cerita putra.”eh kunti keluar lu.gua udah bawa bawang dan gua gak akan takut ngeliat lo.keluar lo!lo jangan pernah ganggu hidup gua sama temen-temen gua lagi ngerti!” saat putra hendak mengambil bawang dari tas ranselnya dan ketika dia hendak berdiri.dari bawah dia lihat seseorang berbaju putih mengayang di udara.saat putra melihat ke arah atas ternyata sosok itu adalah kuntilanak.putra lari dengan cepatnya hingga ia lupa telah meninggalkan tas ranselnya.

Dan pada akhirnya mereka berempat bertemu di mana tempat sasa melaksanakan aksinya.dodi.putra.dan nadia tampak lelah,nafas mereka pun tampak tak menentu.namun sasa masih berdiam diri tepat di depan kamar mandi.
“kalian bertiga?”ujar sasa.
“sa?lo belum ngelakuin apa-apa?sedangkan kita udah ngos-ngosan gini!ga sportive banget lu sa!tau gini gua ogah bantuin lo!” omel dodi ketika melihat sasa hanya berdiam diri.
“diem deh lo dod!lo gak tau kan apa yang daritadi gua lakuin disini!kalian bertiga denger hal yang aneh gak dari kamar mandi?coba dengerin deeeh!” suruh sasa.dengan hati-hati putra.dodi.nadia mendekatkan telinga mereka ke ambang pintu kamarmandi.
“gua denger lagu Jessie yang price tag” ujar putra kemudian “gua denger lagu yang biasanya buat shuffle dance.mirip banget” “iya gua juga sa” ujar nadia dan dodi.
“tuh kan.apa yang gua denger berarti emang gak salah?yang ada di pikiran kalian jangan-jangan sama lagi yang ada di pikiran gua..jangan-jangaan..” ujar sasa dengan keringat dingin.
“buka sa.buka pintunya.disini cuma lo yang berani!” “iyaiya gua buka” perlahan tangan sasa telah menyentuh gagang pintu dan dengan sangat hati-hati sasa membuka pintu kamar mandi itu daaannn yang ada dalam kamarmandi itu benar-benar membuat dodi.sasa.nadia.dan putra cengo dan terkejut. ada kuntilanak lagi shuffle dance.ada juga pocong yang shuffle dance dan joget ala boyband-boyband jaman sekarang.dan gak mau kalah si tuyul juga joget ala cherrybelle.amazing.hal ini membuat sasa yang paling keras ambisinya terdiam dan termenung.
“heh kalian kalo mau ikutan dance dan seru-seruan bareng kita ketok pintu kenapa?bikin kaget aja!” bentak si kunti kemudian yang menghentikan dancenya.
“ma..maa..maav mbak kunti..kit..kita gak..gakmau cari gara-gara kok.dam..damai mbak!” ujar sasa terbata-bata dengan cengiran kuda khasnya itu.
“eh kalian bertiga tadi kenapa kabur woy?kita gak nakutin kalian kok.justru kita mau kasih tau kalian nickname facebook.username twitter.sama pin bb kita-kita.ya gak cong?” cerocos kuntilanak tersebut.si pocong hanya mangguk-mangguk sembari loncat-loncat pertanda jawaban iya.
“ka ka kalian punya fb?twitter?bb?” ujar nadia terbengnganga.
“woy kita ini KSG woy.Kumpulan Setan Gaul.jangankan fb.twiiter.bb.android.iphone.ipad kita juga punya mamen!nih fb gua “MbaAgKuntiLcelaLowcieenthaPocongg4ever” nih twitter gua “@kuntiL_pocoNg4ever” nih pin bb gua.jangan lupa di invite yee “KVNT154Y4NGP0C0NG”
“iy iy iyaa ntar di invite deh ya.ntar di follow deh ya.guys kayaknya kita haruss kab kaburrrrrrr” ujar sasa sembari menggeret ketiga sahabtnya untuk kabur dari tempat yang menurutnya tak wajar itu.
“lah cemen banget malah kabur.woy follow gua yaa.ayo cong lanjut shuffle dancenya!” ujar si kuntilanak itu sembari menyalakan kembali mp3 2ne1 – I’m the best :D dan mereka semua pun dengan asiknya dance dan joget-joget ala korea :D
 
PROFIL PENULIS
Nama : Madadina Nur Amalina Putri
Kelas : IX
Umur : 14 tahun
Hobi : membuat cerpen/membaca cerpen/novel
Facebook : Madadina Dina
Twitter : @Madadinaa

DILEMA (ANTARA SAHABAT DAN CINTA)

Cerpen _Aiira

Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sosoknya.Seorang gadis yang sebaya denganku, yang telah cukup lama menjadi teman akrabku.Aku pun hampir tidak mengingat, bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat.Ya, sahabat. Sesuatu yang spesial bagi tidak sedikit orang.Sosok yang selalu ada saat kau jatuh hingga kau telah berada di atas angin.

Keisya.Merupakan panggilan akrab untuknya.Dikatakan dewasa, dia sungguh kekanak-kanakan.Disebut penyabar, tidak selalu seperti itu keadaannya. Namun entah karena hal apa aku sanggup berlama-lama di dekatnya. Waktu satu jam bukan lagi waktu yang cukup memuaskan bagi kami untuk saling bercerita dan berkeluh kesah. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal tak penting yang kami bahas.
‘Sahabat Selamanya’

Sekiranya itu adalah ikrar setia kami untuk terus bersama hingga tangan Tuhanlah yang memisahkan. Jika kalian pernah membaca sebuah novel Firefly Lane karya Kristin Hannah, kalian pasti akan menemukan dua tokoh yang telah membuktikan kesetiaan janji mereka. Janji untuk bersahabat selamanya.Terlalu berlebihan memang, jika kami harus disejajarkan dengan kedua tokoh istimewa itu, Tully dan Kate. Namun, dalam segala situasi yang penuh dengan kecambuk akan kelabilan ego kami masing-masing, kami mencoba untuk bisa memenuhi janji kami sabagai sahabat selamanya.

Hingga semua itu berubah keadaannya.Terjadi begitu saja.Dan berhasil menghancurkan semuanya dalam sekejap.Tepat di pertengahan Oktober lalu, semua itu kepahitan berawal dan sebuah hubungan yang erat pun berakhir.Penghianatan.Sebuah kata kunci yang terasa pantas untuk disandang.
*******

“Sya,…….”. tiba-tibaKeisya datang padaku dengan berderai air mata. Seperti biasa, ia meletakkan kepalanya di pundakku.
“Ada apa, Kei? Cerita aja, nggak usah kaya begini lah”.
“Kak,….”. ucapnya menggantung. Tampak keraguan darinya untuk bicara.
“Iya, Dik… Ada apa?”
“Dia jahat, Kak… -hikshikshiks L-“, ucapnya terisak.
“Maksudmu?”
“Farhan mutusin aku, Kak”.
“Apa?Bagaimana bisa?Awas aja kalau aku ketemu ama dia. Huh!” seruku geram penuh umpat pada Farhan.“Memang apa yang sudah terjadi?Kalian bertengkar?”
Keisya hanya terdiam.Isaknya terdengar makin dalam.Makin perih menusuk relung batinnya.“Baiklah, kalau kamu nggak bisa cerita nggak apa-apa.Tapi ingat ya, aku selalu ada buat kamu”, ucapku berusaha menghiburnya.
“…. J….”. ia hanya tersenyum dan menatapku mendalam. “Terimakasih Rasya. Terimakasih”, ucapnya diiringi dengan jatuhnya bulir-bulir bening pada pipinya.
“Yang penting kau bahagia, Dik. Bukankah kita akan menjadi sahabat selamanya?”.
“Untuk sahabat sejati selamanya”, sahut Keisya sambil mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku.Tampak sebuah senyum tersungging di wajahnya.Ia tampak manis, meski aku tahu ia tengah membohongi dirinya sendiri dengan senyumnya yang penuh kegamangan saat ini.
******

Hari-hari muram buat Keisya telah berlalu.Dapat terlihat lagi auranya yang periang dan senyumnya yang menggoda. Dengan centilnya ia menghidupkan suasana di kelas kami. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa aku rela menjadi sahabatnya.
“Wah, lagi seneng ni ye…”, godaku padanya.
“Maksud kak Rasya apa sih?Dateng-dateng langsung nyeplos begitu? Plis deh,…”, timpalnya padaku.
“Sepertinya ada sesuatu nih. Makanya si putri ini lagi doyan nyegar-nyegir nggak jelas”.
“Emang menurut kakak begitu ya?” ujarnya tanpa menatap aku, sambil nyegar-nyegir tak jelas.
“Inggih, Sayang…. Emang ada apa toh? Cerita dong”.
“Rasya tahu Bramasta kan?”
“Emang kenapa?”
“Orangnya perhatian ya, Kak. Baaaiiikkk banget”

Aku sangat terkejut akan apa yang baru saja dikatakan Keisya. Entah aku merasa ada sesuatu mengganjal di hatiku.Ada serpihan rasa tak rela yang menghujam dada.Seketika lidahku kelu. Tanpa ingin membuatnya kecewa akan responku yang tidak cukup baik, ku lemparkan senyum padanya. Berharap ia tak menyadari akan adanya kegamangan dalam hatiku.
*****

Mulai saat itu, Keisya tak lepas dari topic yang membahas tentang Bramasta.Anak laki-laki di sekolah kami yang bisa dikatakan tenar. Berperawakan tinggi, putih, bermata sedang, dan jika tersenyum maka akan timbul sebuah cekungan di sudut pipinya. Dan semenjak hari itu pula, waktu malamku terasa panjang dan melelahkan.Bramasta adalah kawanku saat kelas 4 SD dahulu. Kedua orangtua kami pun sudah cukup mengenal.Tak jarang Ibu mengundang mereka –Bramasta dan keluarga- dalam setiap acara penting keluarga kami, begitu juga sebaliknya.Kami tergolong dekat, walau kini pada nyatanya hubungan kami semakin merenggang. Bahkan jika aku menceritakan hal ini pada teman-teman di sekolah ku kini, sungguh mereka akan benar-benar tidak percaya. Mustahil untuk dapat dipercaya oleh mereka.Tak apalah, sempat mengenal bahkan mejadi kawannya pun jadi hal istimewa buatku.Dan semua yang telah terjadi  antara aku dan Bramasta seakan sudah cukup memberikan alasan untuk menumbuhkan rasa kagum dari ku untuknya.

Dengan terus melajunya sang waktu, rasa kagum itu kian menjalar, merambat dan bersarang ke dalam ruang-ruang kosong di benakku.Semakin lama, semua rasa itu kian mendalam. Dan kini, . . . .tepat dihadapanku. Seorang gadis yang telah kuanggap bak saudara, menceritakan sosok Bramasta dengan binar-binar kekaguman yang tampak di matanya.
“Apa kamu mengagumi, Bramasta?” tanyaku tiba-tiba pada Keisya.Semua terasa terlontar begitu saja dari mulutku.

Keisya diam., tersenyum dan melempar pandangannya pada goresan putih yang menggantung di langit biru yang gagah. “Menurutmu Rasya? Apakah seperti itu adanya?” ucapnya kemudian. Tergores sebuah senyum dari bibirnya.
*****

Entah untuk yang ke-berapa kalinya aku membolak-balikkan tubuhku di atas ranjang.Nyanyian jangkrik terdengar makin lantang, seiring dengan terhentinya suara riuh manusia yang rutin terdengar di pagi hari. Dari balik jendela, cahaya bulan telah memberi warna perak pada pepohonan di luar sana. Lambaian tirai-tirai di kamarku seakan mengabarkan bahwa sang angin darat telah menjaga nelayan-nelayan yang tengah memulai harinya demi sepincuk nasi. Ku lempar pandangan pada jam dinding yang menggantung di seberang ranjangku. Pukul 02.00.Hingga saat ini kedua mataku enggan terpejam, walau perihnya mata ku rasa sudah.Kata-kata Keisya pagi tadi masih terngiang jelas dalam anganku.“Ah, aku tak boleh seperti ini. Pun tak ada guna aku mementingkan hatiku sendiri.Toh, Bramasta tak memiliki perasaan apapun padaku. Bukankah cinta tak harus memiliki?” batinku lirih.Cinta.Inikah rasanya?Sesuatu yang selalu terdengar indah, magis, dan luar biasa, telah menjangkit diriku.Sesuatu yang selalu dibuat istimewa oleh para pengarang maupun penyair. Tapi,… mengapa semua seperti ini? Terasa sakit, berat, dan memilukan.Makin meracuni alam pikiranku yang kalut.Sungguh buruk kenyataan cinta yang sesungguhnya.Namun semua kembali pada satu pertanyaan singkat, “Pantaskah aku merasakan cinta saat ini?”
*****

“Sya,…Rasya!” panggil Nadine tergopoh-gopoh.
“Ada apa?Santai aja lagi, nggak usah lebay sampai mengos-mengos begitu”.Ucapku sekenanya.
“hosh.. hosh..  Itu…hosh hosh… emmm, i..ttu lho…” ucapnya tak jelas sembari mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
“Hadeh, ngomong apa to, Mbak yu… atur napas dulu dah, tenang”.
Dalam waktu sepersekian detik, Nadine kembali bernapas normal. “Kei,….Kei,.. Kei, Rasya..”
“Kei? Ada apa? Kenapa Keisya?” responku panik seketika.
“Dia lagi berantem di kantin. Anak-anak malah pada nyorakin mereka, ngomporin gitu-….”
“Oke, makasih”.Responku singkat dan segera berlari ke arah kantin.Walau aku tahu bahwa Nadine belum selesai bicara tadi. Aku harap ia tidak marah dan bisa mengerti.
Gerombolan anak laki-laki dan perempuan riuh, membentuk formasi lingkaran tak beraturan. Mereka meneriakkan nama Kei dan Teressa. Segera ku berlari menuju kerumunan dan beradu badan dengan yang lainnya agar aku dapat menempati posisi terdepan. Begitu sampai di barisan depan, dapat ku lihat Kei dan Tere yang saling menjambak. Wajah mereka berdua merah padam, sama-sama terbakar emosi menggebu.Tak membuang waktu aku menuju ke tengah-tengah berharap dapat melerainya.
“Hei, hentikan!Hentikan semua ini!” teriakku cukup keras.Sialnya suaraku kalah terdengar daripada teriakan masal yang tengah mendukung jagoan mereka yang tengah bertanding.
‘Bruak!!!’

Aku jatuh tersungkur saat aku berusaha menengahi mereka berdua. Tangan Tere mendorong tubuhku keras secara tidak sengaja –mungkin memang tak sengaja, aku tak tahu-. Keisya menatapku yang merintih lekat-lekat.Ia melepaskan diri dari rengkuhan tangan Tere, dan bergegas menghampiriku. Masih dengan wajah yang merah padam, Tere mentap aku dan Keisya bergantian.Tatapan yang seakan bermakna, aku-akan-memberikan-pelajaran-yang-lebih-dari-ini-anak-bau-kencur. Ia berlalu dengan senyum puas karena merasa telah menang atas Keisya.
“Kamu nggak apa-apa, Rasya?”
“Yang seharusnya Tanya itu aku, Bodoh. Kamu nggak apa-apa?”
“Sial, semua gara-gara cewek jelek dan bawel itu.Awas aja dia. Berani banget dia macem-macem sama kamu, Sya”, umpatnya kesal bukan main.
Kei berdiri dan berjalan menghampiri Tere yang melangkah belum jauh dari TKP sebelumya. “Tere! “ teriak Kei. Tere berbalik, “Apa lagi anak bawang?”
‘Plak!’

Pukulan keras melayang dari tangan Kei ke pipi Tere. Saat tangan Tere hampir meyentuh permukaan pipi Kei, sebuah tangan menghentikannya.
“Bramasta”, ucap Tere dan Kei hampir bersamaan.
“Udahlah, kalian jangan kayak anak kecil sepeti ini.Apa kalian nggak mikir kalau perbuatan kalian mencoreng nama baik kalian sendiri?” ujar Bramasta sok bijak.
Tanpa berkata sepatah katapun, Tere berlalu.Terbesit kilatan amarah yang kian berkobar di matanya.Bramasta menatap wajah Keisya teliti.“Panampilanmu acak adul banget.Sumpah. Kamu juga luka, di obtain ke UKS gih,…….”

Bulir-bulir bening mengalir mulus di pipiku.Aku tak kuasa lagi untuk menahan genangannya. Hatiku benar-benar terasa terguncang melihat apa yang terjadi pada Rasta dan Kei. Mereka kini tengah berdiri di hadapanku, berjarak sangat dekat. Tampak rasa cemas dari air muka Rasta. Aku berlari.Menjauh dari pemandangan yang memekakkan luka di hatiku.Aku berlari megikuti kemana pun langkah kaki terarah.
*****

“Kak Rasya, tunggu..”, Kei memanggilku yang sedari kemarin berusaha menghindrinya. “Sya, kamu marah sama aku?Apa karena aku berantem waktu itu ya? Aku minta maaf”.
Ku tatap mata bulatnya mendalam. Mata yang membuat setiap orang akan menaruh simpati padanya. “Iya aku maafin kok.Lain kali jangan kamu ulangi, inget orangtuamu nggak pernah ngajarin kamu untuk berantem kaya ayam bodoh.Apalagi ini Cuma hal sepele”.
“Maaf, Sya. Aku….” Air mata menggenang di kedua pelupuk matanya, selang beberapa detik bulir-bulir bening itu tumpah ruah. “Maafkan aku, Sya,,,”
Ku raih tubuhnya dan ku dekap ia. Aku beruaha untuk menentramkan hatinya.“Iya, kei aku maafin kamu. Dan aku juga minta maaf ya, Kei….”
Kei menarik dirinya dari tubuhku.Ia menatapku, “Maaf? Untuk apa?”
“Untuk,….segalanya, Kei. Segalanya”, jawabku mnggantung.Aku terus terhanyut dalam tatapan matanya. “Kei maafkan aku yang belum seutuhnya rela melepaskan perasaanku pada Rasta untukmu”, batnku dalam hati.
“Oke, daripada larut dalam kesedihan yang super nggak jelas gimana kalau nanti kita hang out. Makan bakso atau mi ayam?” tawar Kei padaku, sambil menyeka jalur yang membekas atas air matanya.
“Aku kenyang. Mungkin lain kali. Aku minta maaf”.
“Sayang sekali. Tapi, tak apalah”
|”Emm, kalau boleh tahu ada masalah apa, antara kamu sama Tere?”
“O, jadi gini ceritanya-..”.
*****

Matahari kian meninggi.Panasnya sungguh menyegat, serasa membakar hangat ubun-ubun kepala.Ku kayuh sepeda menuju perpustakaan umum.Dalam kondisi kalut seperti ini, ku luangkan sedikit waktu untuk sekedar mambaca buku, berharap semua masalah dapat terlupakan walau hanya sekejap.
Begitu sampai di dalam. Ribuan buku yang tertata rapi dalam rak-rak yang saling berjajar. Ku perintahkan langkah kakiku menuju kumpulan buku yang berlabel “Sastra dan Karya Fiksi”.
“Rasya!” tiba-tiba sebuah suara yang tak asing bagiku terdengar keras memanggil.
“Hei, Kei! Tumben ke sini.Sama…?” belum genap aku menyelesaikan kalimat tanyaku, sosok Rasta menyusul di belakang Kei.“Sepertinya aku sudah tahu jawaban atas pertanyaanku sendiri”. ujarku kemudian.
“Ku akui kau memang cerdas, Rasya”.
“Hei, Rasya! Udah lama banget nggak ketemu.Ngilang kemana aja kamu?”Rasta tiba-tiba datang dan menyapa ku.
“Bukankah yang selama ini sering ngilang itu kamu ya?Secara anak tenar gitu?”
“Bisa aja kamu, Sya.Kamu belum berubah ya.Masih pinter ngeles kaya dulu”.
“Oh ya?” jawabku singkat.“Aku emang nggak berubah, Rasta.Begitu juga perasaanku ke kamu. Mungkin selamanya akan tetap sama”, benakku kemudian. Jujur saja, seketika jantungku berdebar kencang, aliran darahku mengalir begitu cepat.Tubuhku gemetar.Tangan dan kakiku terasa kesemutan.
“Ehem..ehem… ada yang dikacangin di sini nih”, Kei berkomentar atas suasana yang terjdi.
“Wah, ada yang marah ni ye”, godaku.
“Oke.Kei, bisa kamu cerita gimana kamu bisa kenal dan bersahabat sama cewe bawel, cerewet, dan cengeng kayak dia?”
“Oh, gitu? Awas kamu ya”.
“Kamu ngancem ceritanya nih?” goda Rasta padaku.

Mulai detik itu, ku rasakan kembali kedekatanku dengan Rasta. Dan dapat ditebak, aku semakin sukar menghapusnya dari hatiku. Seakan ada harapan untukku. Jujur saja, aku merasa dia sangat perhatian kepadaku. Aku nyaman berada di dekatnya. Aku sering menghindari kontak mata dengannya, aku tak kuasa menatapnya lama. Tak jarang Rasta tersenyum geli dengan tingkahku yang serba salah. Namun, kami tidak hanya berdua saja dalam melewati hari. Ada Keisya. Sahabatku yang juga saingan hatiku akan Rasta.*****
‘Drrrrtt,,,ddrrrrtt,,’

Handphone ku bergetar.Ada sebuah pesan dari Rasta. Jujur, aku telah menantikannya sejak semalam. “. . . Happy Birthday, Friend. Moga tambah suskses aja dan selalu berada dalam naunagn rahmat-Nya.Amiin. O ya, Sya hari ini aku mau ngundang kamu untuk makan bareng keluarga aku.Toh, udah lama juga kita nggak makan bareng.Jangan lupa kenakan gaun ungu itu. Aku harap kau menyukainya. . . .”, sms panjang lebar dari Rasta membuatku gembira dan bingung. Gembira tas undangannya dan bingung perkara gaun ungu yang ia sebutkan dalam pesannya. Gaun apa yang ia maksudkan?
“Kei, kamu nerima titipan nggak? Kiriman pos gitu, ada nggak?” tanyaku pada Keisya yang kini tinggal seatap denganku. Kini lagi-lagi kami kuliah di tempat yang sama. Dan ujung-ujungnya, kami memutuskan untuk tinggal di rumah kos satu atap.
“Hah, ng..ng kiriman… tt .. ttittipan? Ng..ng.. ng… aku nggak tahu tuh. Emang kenapa?” jawabnya dengan air muka yang aneh seketika.
“Nggak, aku butuh banget barang itu.Ada hal penting untukku.Terimakasih”.
“Yap, aku pasti akan memberimu kabar seputar kiriman yang datang, Rasya. Itu pasti.”
“Aku percaya padamu, Kei”.
“Ngng, Rasya,…”
“Iya, Kei?”
“Selamat ulang tahunJ”
“Terimakasih, Sobat.  Kau yang terbaik”.
*****

Hatiku masih terbalut gelisah dan bersalah. Gaun pemberian Rasta tak berjejak, hilang. Aku pun tak menghadiri undangan makan malam dari keluarga Rasta. Aku tak tahu harus berkata apa pada mereka perkara gaun yang hilang itu. Aku malu. Rasta maafkan aku.
‘Bruak!!’
Sebuah kotak bersampul hitam jatuh dari lokerku. Penasaran, ku buka bungkusan kotak itu.Dan ku lihat isinya, sebuah kaset rekaman dan sebuah buku harian yang persis dengan milik Keisya. Apa maksudnya ini. Tak betah didekap penasaran, ku setel rekaman itu. Dan ternyata……
******

“Apa maksudmu melakukan ini semua, Keisya? Apa salahku padamu?” makiku pad Keisya setibanya aku di rumah. Awalnya aku tak percaya akan apa yang ku lihat dalam rekaman itu, tapi pernyataan Keisya pada buku hariannya cukup menjadi bukti.

. . . Tuhan, sungguh aku tak rela ini semua terjadi.Ternyata selama ini Kak Rasta lebih menaruh kagum pada Rasya.Bukan padaku! Tadi pagi, aku menemukan sebuah bingkisan bersampul ungu di depan pintu. Dibawa penasaran, kemudin ku buka isinya. Ternyata itu adalah kado ulang tahun dari Rasta untuk Rasya .Sungguh hati ini terbakar. Hatiku berkecamuk. Haruskah aku utamakan sahabatku atau perasaanku? Tak berselang lama, ada seorang gadis kecil melintas di hadapanku. Ku panggil ia, dan ku berikan gaun ungu itu padanya. Aku berkata padanya, bahwa ia harus memakai gaun ini jika tiba waktunya nanti. Ia tersenyum bahagia dan berlalu. Kembali aku menitihkan air mata. Rasya, maafkan aku.Sungguh aku tak kuasa menerima semua ini..  Rabu, 20 Oktober. . . .
“Rasya, aku… ak akk,..akkuuuu….”
“Sudah cukup, Kei.Aku lelah denganmu. Benar apa yang Tere katakan padaku. Kau memang tak punya hati. Kamu lebih mementingkan urusan dan kebutuhanmu sendiri.”.
“Tere? Apa yang telah ia katakan?”
“Tak penting. Yang terpenting adalah, aku telah menyadari bahwa kau adalah seorang penghianat besar. Aku kecewa padamu”.
“Aku bukan penghianat. Aku sahabatmu, Sya’.
“Sahabat? Tidak lagi untuk sekarang dan seterusnya”. Usai bicara aku lekas berlalu.
“Rasya,…”

Langkahku terhenti. Hatiku berontak untuk mencabut semua yang telah ku ucapkan. Namun, emosiku tak dapat teredam lagi. “Oh ya, Kei. Mulai siang ini aku tidak lagi seatap denganmu. Semoga kau segera tenang atas kepergianku. Dan,… terimakasih”, ucapku tanpa berbalik.
******

‘drrrrtttt…. Dddrrrtttt…’
Handphoneku bergetar untuk yang ke-sekian kalinya. Terpampang nama Keisya di layar handphoneku. Sudah hampir dua minggu aku tak menjawab sms atau menerima panggilan darinya.Hatiku masih nyeri saat mengingat semuanya. Aku juga menghindari Rasta. Jika Keisya memang benar-benar menginginkannya, akan ku relakan dia. Mungkin Rasta benar-benar bukan untukku.

Ku tatap lekat-lekat  foto yang tengah ke dekap. Bergamabar 3 remaja, satu laki-laki dan dua wanita. Mereka tersenyum riang menatap kamera.Di bawahnya tertera tulisan SAHABAT SEJATI SELAMANYA.
Air mata mengucur deras.Menusuk luka hati yang seakan terlanjur bernanah.Luka hati yang tak pernah aku inginkan.Luka hati yang telah mengorbankan sesuatu berharaga dalam duniaku, persahabatanku..